SuaraBali.id - Pelaku pariwisata yang tergabung dalam Ubud Hotel Association (UHA) berharap pembukaan border internasional atau penerbangan internasional langsung ke Bali pada Juli ini tak ditunda.
Ketua UHA Gede Paskara Karilo mengatakan saat ini 110 member UHA sudah mengantongi sertifikat CHSE dan seluruh pekerjanya tuntas mengikuti program vaksinasi.
"Kami tetap berharap Juli ini pintu border internasional Bali dibuka," ujar Gede Paskara dilansir laman BeritaBali, Kamis (1/7/2021).
Dibukanya border internasional menurut owner Wapa Di Ume Resort Ubud dan Wapa Di Ume Sidemen, setidaknya akan menggairahkan psikologi insan pariwisata di Bali, khususnya Gianyar.
"Kami tidak berharap ada lonjakan kunjungan langsung sekaligus. Paling tidak dengan dibukanya pariwisata internasional, psikologis insan pariwisata terobati," ungkapnya.
Menurut Gede Paskara, pemulihan Psikologi itu penting. Tidak saja bagi kalangan pariwisata, tapi masyarakat pada umumnya.
"Semoga apa yang sudah dilakukan dengan vaksinasi dan jaga prokes ketat, tidak mengurangi rencana pemerintah buka border internasional untuk Bali," harapnya.
Diakui, selama pandemi sekitar 1 tahun 6 bulan ini, insan pariwisata di Ubud sangat terdampak pandemi.
Sekitar 10 persen dari 110 member (hotel) terpaksa tutup operasional sementara. Sedangkan selebihnya mengandalkan wisatawan domestik dengan harga sewa yang turun drastis.
"Selama pandemi ini, tamu domestik masih ada perkembangannya. Namun tidak signifikan," ujarnya.
Baca Juga: Wisata Bali: Sejukkan Jiwa dengan Melukat di Taman Beji Pura Dalem Sari
UHA memfasilitasi sharing member bagaimana proses sertifikasi CHSE, vaksinasi pekerja pariwisata dan menyebarkan informasi positif kepada seluruh member.
Terkait persyaratan masuk Bali lebih diketatkan, Gede Paskara mendukung sepenuhnya. Bagaimana pun, keselamatan jiwa tetap yang utama.
"Syarat yang lebih ketat itu sebenarnya tidak masalah, karena untuk keselamatan semua. Tim kita termasuk visitor. Karena kami di properti juga taat prokes, kami kembali cek suhu dan sanitasi," ujarnya.
Namun demikian, Pemerintah juga harus lebih luas pemikirannya. Sarannya, agar Internasional traveler yang datang dari green zone, tidak harus dikarantina karena sudah negatif.
"Negara pesaing kita justru memudahkan proses masuknya," ujar praktisi pariwisata asal Lukluk ini.
Berita Terkait
-
Wisata Bali: Jajan Kaliadrem Akan Jadi Oleh-oleh Khas Kota Denpasar
-
Wisata Bali: Mengulik Kesetaraan Gender Desa Terbersih di Dunia, Penglipuran
-
5 Rekomendasi Tempat Resepsi Pernikahan di Bali, Dijamin Tak Terlupakan Seumur Hidup
-
Wisata Bali: Menunggu Pintu Wisman Dibuka, Pulau Dewata Perlu Kembali Hidup
-
Tempat Wisata Bali Murah di bawah Rp 100 Ribu, Tak Bikin Kantong Bolong Tapi Bikin Bahagia
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran