Scroll untuk membaca artikel
RR Ukirsari Manggalani
Senin, 15 Maret 2021 | 17:57 WIB
Pecalang atau petugas pengamanan adat Bali memantau situasi di dekat Monumen Perjuangan Rakyat Bali saat Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1943 di wilayah Desa Sumerta Kelod, Denpasar, Bali, Minggu (14/3/2021). [ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo]

SuaraBali.id - Selamat Tahun Baru Saka 1943. Sehari lalu, Minggu (14/3/2021) umat Hindu memperingati Hari Raya Nyepi tahun baru Saka. Perayaan ini di Pulau Dewata telah hadir sejak abad ke-8 Masehi.

Dikutip dari BeritaBali.com, jaringan SuaraBali.id, sejarah perayaan Nyepi di Bali bersumber dari kitab Negara Kertagama. Di situ disebutkan bahwa perayaan Nyepi di Kerajaan Majapahit diberi tajuk Caitramaisia.

Sebagai bagian dari Kerajaan Majapahit, serta memiliki akar budaya sama, di saat itu Bali juga telah merayakan Nyepi.

Dan di abad ke-13 sampai ke-14 Masehi, Dalem Waturenggong, raja Bali juga telah merayakan Nyepi. Senada dengan yang berlaku di Majapahit.

Baca Juga: Tradisi Omed-omedan Tahun Ini Digelar Tertutup

Adapun rumusan kapan pelaksanaan Nyepi, waktunya selalu dicari pada saat bulan tilem atau bulan mati, dan paling dekat penanggalan 21 Maret.

Mengapa hari tilem?

Karena saat Tilem adalah hari caru, yaitu saat melakukan persembahan bagi Ida Sanghyang Widhi agar alam ini menjadi damai.

Tahun baru Saka diresmikan di India Selatan pada tahun 78 Masehi. Pemerintah India hingga saat ini masih memakai tahun baru Saka dan dirayakan setiap 21 Maret. Tahun baru Saka di India tidak dirayakan secara besar-besaran karena di sana ada beberapa jenis tahun baru yang diperingati pula.

Baca Juga: Suasana Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1943 di Bali

Load More