Husna Rahmayunita
Jum'at, 16 Oktober 2020 | 16:32 WIB
Keluarga bermata biru Tuti Farini (58) warga Jorong Galanggang Tangah, Nagari Sungayang, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. [Dok Padangkita]

Anak Mutia yang bernama Almira juga memiliki mata biru di bagian kanan, sedangkan anak keduanya Gibran, kedua matanya berwana biru kecoklatan.

Ilustrasi mata biru. (Shutterstock)

Dulu Diejek Kini Dipuji

Tuti mengatakan mata biru yang dimilikinya sempat menjadi bahan candaan di kalangan teman-teman.

Guru Sekolah Dasar (SD) tersebut mengaku kerap diejek dengan panggilan 'mata belang' atau 'mata kucing' oleh teman-temannya dari kecil hingga kuliah. Namun hal itu tidak membuatnya kesal atau tersinggung.

“Awalnya iya memang risih, tapi lama-kelamaan menjadi hal biasa. Mau gimana lagi, karena memang kenyataan,” ujar Tuti.

Ejekan juga dialami oleh anak Tuti, Mutia. Namun kini, ia bersyukur karena ejekan tersebut berubah menjadi pujian.

Menurutnya hal itu terjadi sejak 2005 ketika kontak lensa atau 'softlens' menjadi tren. Pandangan aneh terhadap dirinya dan keluarga karena mata biru seketika berubah. Orang di sekeling mereka menganggap kalau mata biru cantik dan unik.

“Alhamdulillah kami mensyukuri nikmat ini. Karena memang tidak semua orang bisa memilikinya. Apalagi kami murni dari keturunan di sini tanpa ada keturunan bule atau serupa itu. Suka dukanya ya itu tadi, dulu dibilang untuk gaya-gayaan, sekarang alhamdulillah dipuji-puji,” kata Mutia.

Baca Juga: Minta Keselamatan Melaut, Warga Pariaman Gelar Ritual Tolak Bala

Load More