SuaraBali.id - Kebijakan penutupan total sementara pendakian Gunung Rinjani yang dikeluarkan pemerintah berdampak pada ekonomi masyarakat khusus porter dan tracking organisation (TO).
Pasalnya, selama penutupan para porter tidak memiliki pendapatan lain apalagi penutupan yang dilakuan diluar dari jadwal biasanya.
“Dampaknya ya karena ini termasuk mendadak ya. Kita tidak ada persiapan dan otomatis ya lebih ke perekonomian sih ya,” kata Salah seorang porter di Sembalun, Riki, Minggu (20/7/2025) pagi.
Ia mengatakan, jadwal penutupan pendakian sebenarnya sudah ada jadwal yaitu pada awal tahun.
Baca Juga:Penyebab Dokter Forensik Tak Bisa Tentukan Kapan Waktu Kematian Juliana Marins
Dengan adanya jadwal ini, para porter dan juga TO sudah mencari pekerjaan lain untuk bisa memenuhi kebutuhan sehar-hari. Misalnya menjadi kuli atau fokus pada pertanian.
“Misalnya jadi kuli bangunan di pulau seberang di Bali atau Sumbawa. Tapi Rinjani buka mereka menolak kerjaan keluar. Tapi mendadak tutup kan otomatis kebingungan mereka mau kerja di seberang awalnya sudah menolak,” katanya.
Disebutkan, dalam sehari para porter biasanya mendapatkan uang sebesar Rp300 ribu.
Namun jumlah ini berbeda-beda tergantung dari porternya.
“Kalau ditempat saya itu Rp300 ribu dan itu sudah termasuk rokok. Kalau di luar rokok itu Rp275 ribu,” ungkapnya.
Baca Juga:Pendaki Asal Brasil Ditemukan, Tersangkut di Tebing Sekitar 500 Meter Tak Bergerak
Di sisi lain, dengan banyaknya pendaki yang terjatuh akhir-akhir ini, para porter lebih berhati-hati ketika membawa pendaki.
Selain itu, pendaki diingatkan untuk lebih berhati-hati dan fokus terutama saat ke danau.
“Dari dulu memang kita kasih tau bahwa jalur ke danau itu cukup ekstrim. Harus fokus. Kebanyakan yang ke danau itu turun dari summit. Kalau orang ke summit itu rata-rata subuh dan otomatis kurang tidur, capek,” ujar Riki.
Sementara terkait dengan rencana Standar Operasional Prosedur (SOP) yang akan diperbaiki, menurut Riki akan mempermudah para porter.
Apalagi perbaikan SOP ini juga dibarengi dengan perbaikan fasilitas keselamatan di jalur-jalur pendakian terutama yang ekstrem.
“Kita akan lebih mudah. Tamu juga akan lebih mudah. Kita sebagai guide tidak lebih ekstra. Selama ini ketika kita turun ke danau itu lebih ekstra karena kita harus jaga mood tamu dan fokus,” katanya.