Kisah Pilu Petrus Saksikan Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki Menghantam Rumahnya

Petrus merasa malam itu bak akhir dari dunia, alam menunjukkan kedigdayaannya.

Eviera Paramita Sandi
Senin, 25 November 2024 | 21:42 WIB
Kisah Pilu Petrus Saksikan Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki Menghantam Rumahnya
Lava pijar dan kolom asap yang keluar dari kawah Gunung Lewotobi Laki-laki tampak dari Desa Pululera di Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa (12/11/2024). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

SuaraBali.id - Dahsyatnya letusan Gunung Lewotobi Laki-laki pada Minggu (3/11) pukul 23.57 WITA lalu masih teringat jelas di benak Petrus Muda Kurang.

Luka yang ada di tubuhnya pun meninggalkan jejak yang membuatnya tak akan melupakan bencana yang menghantam desanya kala itu.

"Ini lihat, masih ada bekas luka di kepala saya," kata Kepala Desa Klatanlo, Kecamatan Titihena, Kabupaten Flores Timur itu, sembari menunjuk beberapa luka yang mulai mengering.

Desa Klatanlo berjarak 4 km dari puncak gunung Lewotobi. Seketika itu, kedamaian desa berubah menjadi mencekam kala gunung setinggi 1.584 meter di atas permukaan laut itu mengalami letusan-letusan eksplosif pada dini hari yang tengah hujan lebat itu.

Baca Juga:Dari Pos Pengungsian Gunung Lewotobi, Warga Tetap Dukung Dan Semangati Timnas Indonesia

Berdasarkan data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 47,33 mm dengan durasi 1.450 detik atau sekitar 24 menit. Namun kolom abu tidak teramati.

Lontaran material pijar di udara menyebabkan desa tersebut luluh lantak. Semuanya terbakar. Dan akibat Gunung Lewotobi laki-laki yang memuntahkan pasir dan debu membuat desa tersebut bak berwarna abu-abu.

Petrus mengisahkan malam saat kejadian ia masih terjaga. Usai buang air kecil ia menyempatkan diri untuk menghisap sebatang rokok sambil mengutak-atik gawainya sebelum beranjak untuk istirahat.

Namun heningnya malam di cuaca hujan yang gerimis itu pecah. Ia dikejutkan dengan material piroklastik berupa batuan pijar berukuran cukup besar dari Lewotobi menghantam kamar mandinya.

Kamar mandi berukuran panjang dua meter dan lebar empat meter itu sekejap rata dengan tanah, kobaran api yang muncul usai kejadian itu membuatnya panik.

Baca Juga:Cerita Warga Saat Kejadian Erupsi Gunung Lewotobi, Lari Dan Hanya Ada Pakaian di Badan

Ia pun langsung reflek hendak menyelamatkan anggota keluarganya. Saat itu istri dan kelima anaknya pun terhenyak. Mereka hendak menyaksikan peristiwa alam itu dari luar rumah.

Namun Petru smenyatakan bahaya dan meminta seluruh keluarga berlindung di rumah.

Rasa khawatir, cemas dan ketakutan semakin menjadi-jadi tatkala langit menjadi merah dan lontaran batu pijar dan pasir tak hentinya dirasakan dari dalam rumah.

"Lalu saya keluar ke dapur, batu besar hantam pintu dapur, daun pintu terpental kena saya dan listrik malam itu langsung padam," ungkapnya.

Petrus merasa malam itu bak akhir dari dunia, alam menunjukkan kedigdayaannya. Warga desa berlarian ke luar rumah, sebagian warga bertahan dalam rumah mendaraskan doa dan harap agar bencana dahsyat itu segera berlalu.

Ia bersama keluarga serta warga menyelamatkan diri ke wilayah jalan utama yang berjarak cukup jauh dari kaki gunung.

Warga desa pun trauma atas peristiwa mengerikan tersebut.

Di tengah kacau dan mencekamnya suasana kala itu, ia mendapatkan kabar bahwa bibi, paman dan empat anggota keluarganya tewas tertimbun dalam satu rumah yang roboh akibat dihantam batu pijar.

Petrus tak kuasa menceritakannya lagi, suara seraknya tertahan di tenggorokan. Ia mulai menangis saat menyebut sebanyak enam dari sembilan korban jiwa dari Desa Klatanlo merupakan keluarga dekatnya.

Hatinya pun teriris pilu melihat langsung proses evakuasi tim gabungan yang berjalan dramatis. Perihnya kejadian itu harus ia jalani penuh rasa tanggung jawab.

Pada Senin paginya ia bersama personel TNI dan pemerintah setempat menguburkan seluruh korban.

Usai mengurus pemakaman warga-warganya yang tewas akibat erupsi, sebagai kepala desa Petrus pun melanjutkan tanggung jawabnya mengurus evakuasi 257 kepala keluarga atau sekitar 1.300 warga desanya untuk mengungsi ke lokasi yang lebih aman. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini