Kembar Asal Ukraina Jalankan Pabrik Narkoba di Bali, Hasilkan Kripto Rp 4 Miliar

Mereka beroperasi di salah satu unit vila di antara deretan komplek vila tersebut.

Eviera Paramita Sandi
Senin, 13 Mei 2024 | 19:38 WIB
Kembar Asal Ukraina Jalankan Pabrik Narkoba di Bali, Hasilkan Kripto Rp 4 Miliar
Pelaku jaringan narkoba Hydra saat konferensi pers di Villa Sunny Village,Tibubeneng, Kuta Utara, Bali, Senin (13/5/2024) (suara.com/Putu Yonata Udawananda)

SuaraBali.id - Bareskrim Mabes Polri membongkar sebuah pabrik narkoba yang beroperasi di vila Sunny Village, Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali. Pabrik tersebut dioperasikan oleh saudara kembar asal Ukraina, Ivan Volovod dan Mikhayla Volovod.

Selain mereka, terdapat dua orang lainnya juga yang turut ditangkap dari hasil pengembangan. WNA Rusia bernama Konstantin Krutz berperan sebagai pengedar ditangkap di Gianyar.

Sementara seorang WNI berinisial LM yang merupakan DPO jaringan Sunter, Jakarta Utara yang melarikan diri ke Bali. LM yang merupakan pria asal Kalimantan Selatan adalah anggota dari jaringan narkoba Freddy Pratama.

Mereka beroperasi di salah satu unit vila di antara deretan komplek vila tersebut. Dari unit vila nomor 6 tersebut, polisi menemukan clandestine lab atau laboratorium narkotika rahasia yang memproduksi narkoba jenis ganja hidroponik dan mephedrone.

Baca Juga:Bule Rusia Merasa Dideportasi Paksa Oleh Imigrasi Bali, Kini Minta Tolong Jokowi

Gembong Narkoba mereka disebut sebagai Jaringan Hydra. Jaringan ini disebut menyebar melalui aplikasi Telegram. Bareskrim menyebut anggota yang tergabung dalam grup tersebut berasal dari berbagai lokasi termasuk warga Bali hingga WNA.

“Hydra ini adalah jaringan yang dibuat bermacam grup untuk transaksi narkoba dan menggunakan aplikasi Telegram. Pesertanya masuk ke situ ke mana saja tidak hanya di Bali cuman sementara ini masih ada di wilayah Bali,” ujar Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Pol Wahyu Widada saat konferensi pers di TKP, Senin (13/5/2024).

Dengan beroperasi menggunakan aplikasi telegram, mereka juga menggunakan dark web untuk menyebarkannya. Selain itu, mereka juga disebut melakukan transaksi dengan menggunakan mata uang kripto.

Polisi masih belum mengetahui persis omzet pabrik ini setelah beroperasi sejak tahun 2023 lalu. Namun, polisi mengamankan uang kripto senilai Rp 4 miliar dalam transaksi selama enam bulan.

“Yang penting kita amankan dalam kripto ada Rp4 miliar. Itu enam bulan ada Rp4 miliar di kripto dia,” ujar Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, Brigjen Pol Mukti Juharsa.

Baca Juga:Cinta Sejati, Pasangan Asal Bali Ini Menikah Lagi Setelah 20 Tahun Cerai

Selain itu, dalam transaksi yang dilakukan jaringan ini, mereka menyebarkan lokasi penempelan narkoba dengan kode yang dibentuk dengan cat semprot. Kode tersebut ditemukan hingga ke daerah Ubud, Kabupaten Gianyar yang berjarak 30 kilometer dari lokasi.

“Mungkin orang awan-awam yang lewat tadi juga tidak tau mungkin itu adalah kode untuk beli ini.  Karena sebelum ini terungkap kita juga tidak tau kode-kode itu,” tutur Wahyu.

Dalam penggerebekan di pabrik tersebut, polisi mengamankan barang bukti narkotika meliputi ganja seberat 382,19 gram, hashish seberat 484,92 gram, kokain seberat 107,95 gram, dan mephedrone seberat 247,33 gram.

Keempat pelaku yang sudah diamankan terancam dijerat pasal 114 ayat 2 Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika. Mereka terancam hukuman dari 5 tahun penjara hingga hukuman mati. Beserta denda maksimal Rp10 miliar.

Sementara, polisi juga tengah memburu dua orang DPO yakni dua orang WN Ukraina berinisial RN dan OK. Saat ini, mereka sudah dilakukan pencekalan dan dimasukkan dalam daftar buronan internasional Red Notice.

Kontributor : Putu Yonata Udawananda

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak