SuaraBali.id - Berkunjung ke Pulau Dewata tak hanya dimanjakan dengan pemandangan alamnya berupa pantai saja. Namun di sini kalian juga akan menemui ribuan pura serta rumah-rumah khas Bali.
Penduduk setempat yang memeluk agama Hindu sampai saat ini masih mempertahankan bangunan rumah adat Bali.
Seperti yang diketahui, rumah-rumah di Bali ini memiliki beberapa bagian di dalamnya. Bagian-bagian ini dibangun secara terpisah satu sama lain.
Mulai dari Gapura, angkul-angkul, aling-aling, bale gede, pawaregen dan masih banyak lagi. Di dalam Kawasan rumah adat Bali ini pasti ada tempat suci yang mereka gunakan untuk bersembahyang.
Baca Juga:Dua Produser Reality Show Korea Dideportasi dari Bali, Langgar Izin Syuting
Tempat suci itu biasa disebut dengan Pamerajan atau Pura keluarga. Mayoritas penduduk Bali memang memeluk agama Hindu, sehingga pasti mempunyai Pamerajan atau pura tempat beribadah di rumah.
Umumnya, Pamerajan ini dibangun pada bagian sudut rumah dan disebelah timur laut yang menjadi bangunan suci sekaligus sakral.
Pasalnya, tempat ini digunakan oleh penghuni rumah untuk melakukan upacara sembahyang serta doa harian.
Pada bangunan ini memiliki beberapa bangunan dengan fungsi yang berbeda-beda, tergantung dari pemiliknya.
Namun, bangunan wajib yang harus ada pada pamerajan ini adalah kemulan, Penglurah, Padmasaro, Taksu, Peliangan dan juga Piyasan.
Baca Juga:Soal Warung Madura yang Buka 24 Jam, Pemkot Denpasar : Bukan Berprasangka
Melansir dari buku “Indik Wewangunan” karya Drs. I Ketut Pasek Swastika, Pamerajan atau sanggah dalam sebuah keluarga Hindu di Bali adalah tempat suci berdasarkan Tri Angga, Tri Mandala dan Tri Hita Karana.
Fungsinya yaitu sebagai tempat pemujaan Bhetara Kawitan serta Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan berbagai manifestasi-Nya.
Tri Angga berarti merajan tidak terlepas dari perumpamaan keberadaan tubuh manusia, yang terdiri dari kepala, badan dan kaki.
Merajan merupakan bagian kepala atau luhuring genah atau pekarangan. Badan atau madyanya adalah halaman rumah atau tepatnya rumah itu sendiri.
Kaki atau Nista angganya adalah tempat yang merupakan kebun dari pekarangan tersebut. Karena merupakan luhuring dari halaman atau pekarangan, maka merajan berada di timur laut halaman rumah.
Meski demikian, ada juga yang menempatkannya di bagian tertinggi dari posisi tanah atau halaman rumah.
Kontributor : Kanita