SuaraBali.id - Puluhan orang Warga Desa Pengotan, Bangli, Bali melakukan prosesi adat Ngaben massal pada Kamis (1/2/24).
Para laki-laki terlihat berbondong – bondong menggotong “bekel” atau bekal yang berisikan perbekalan seperti nasi, daging babi, tipat, jajan dan lain-lain. Sementara para Perempuan membawa perlengkapan lainnya untuk prosesi ngaben.
Mereka semua terlihat kompak mengenakan pakaian berwarna gelap. Ada yang memakai baju berwarna hitam, navy, hingga abu tua.
Ngaben ini memang terbilang cukup unik, lantaran berbeda dengan perlakuan jenazah pada umumnya.
Baca Juga:Bali Menuju Target 7 Juta Wisman, Tantangan dan Peluang di 2024
Proses pembakaran mayat penganut Hindu Bali ini menjadi symbol untuk menyucikan roh orang-orang yang sudah meninggal dunia.
Prosesi ini termasuk ke dalam Pitra Yadnya atau upacara yang bertujuan untuk menghormati roh para leluhur.
Salah satu momen yang unik dari Upacara Ngaben ini adalah tidak akan ada isak tangis seperti proses pemakaman pada umumnya, namun justru dilaksanakan secara semarak.
Mengapa demikian?
Pasalnya, hal ini bagian dari keyakinan bahwa keluarga yang ditinggalkan dilarang menangisi kematian seseorang, lantaran bisa menghambat sang arwah menuju alam baka.
Baca Juga:Aksi Anjing Bali Viral, Berpura-pura Dibuang untuk Jalan-Jalan
Proses upacara Ngaben ini bisa dianggap sebagai bentuk keikhlasan untuk melepaskan anggota keluarga yang sudah lebih dulu meninggal dunia.
Dengan melakukan ritual ini, maka sudah tidak ada lagi kesedihan dan air mata yang menghiasi wajah keluarga yang ditinggalkan.
Kontributor : Kanita