SuaraBali.id - Hari ini, Kamis 12 Oktober 2023 merupakan hari peringatan Bom Bali 1 yang terjadi pada 21 tahun silam. Masyarakat di Bali tentu masih mengingat kejadian ini sebagai pembelajaran penting akan kejahatan terorisme dan pentingnya perdamaian.
Pentingnya perdamaian ini juga ditegaskan kembali oleh anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Made Mangku Pastika.
Mantan Gubernur Bali dan polisi yang menangani kasus Bom Bali ini menyampaikan bahwa peringatan peristiwa Bom Bali hendaknya menjadi pengingat pentingnya perdamaian.
"Peringatan peristiwa Bom Bali I setiap tanggal 12 Oktober bukan untuk memperkuat sakit hati dan memperbesar dendam, tetapi justru sebaliknya, momentum untuk mengingatkan hal-hal seperti itu dapat merugikan kita semua," kata Mantan Ketua Tim Investigasi Bom Bali ini.
Baca Juga:TPA Suwung Kebakaran, Asapnya Terlihat Sampai By Pass Ngurah Rai
Ia mengingatkan konsep menyamabraya di Bali yang jadi ideologi masyarakatnya.
"Kita semua bersaudara. Apalagi di Bali ada konsep menyamabraya (persaudaraan), paras paros (kebersamaan), dan pakedek pakenyem (saling tertawa-tersenyum)," kata Pastika.
Ia berujar bahwa pengeboman 21 tahun yang lalu ini hendaknya jadi pengingat setiap indvidu untuk berkontribusi untuk mewujudkan perdamaian.
"Damai itu indah dan ini tentu harus dimulai dari diri kita sendiri," katanya.
"Bisakah kita hilangkan dengan penuh kesadaran apa itu AIDSS yakni amarah, iri, dendam, serakah, dan sombong. Kalau ini bisa maka kedamaian akan ada di sana," tambahnya.
Baca Juga:Jero Dasaran Alit Jadi Tersangka Pelecehan Seksual Gadis Asal Buleleng
Menurutnya semua agama mengajarkan kebaikan meskipun kadang ada yang salah menerjemahkan ajaran agama dan merasa dirinya paling benar.
"Yang paling ngeri adalah serakah memonopoli kebenaran. Merasa paling benar sendiri dan orang lain salah. Merasa paling bagus sendiri, sedangkan orang lain salah semua, sehingga merasa punya hak untuk menghakimi orang lain," katanya.
21 tahun silam peristiwa tragis bom bunuh diri mengguncang Paddy's Pub dan Sari Club di Legian, Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, pada 12 Oktober 2002. Tragedi itu menyebabkan 202 orang meninggal dan 209 orang luka-luka. Para korban berasal dari 22 negara.
Pastika pun menegaskan jangan sampai peristiwa seperti ini terulang kembali.
"Semua menjadi masalah. Mudah-mudahan peristiwa seperti itu jangan sampai terjadi lagi," katanya.
"Perdamaian itu bukan turun dari langit, tetapi harus diupayakan oleh semua pihak. Perdamaian itu maha penting bagi kelangsungan peradaban manusia," jelasnya. (ANTARA)