Bila dihubungkan dengan uraian dimensi bumi menurut Kitab Suci Weda, ada suatu tempat di alam semesta ini yang disebut dengan Patala Loka. Patala loka ini terdiri atas tujuh tingkatan, dan semuanya tidak disinari cahaya matahari.
Suasana di alam ini serupa senja persis seperti uraian terhadap suasana di alam memedi berdasarkan penuturan responden.
Selain itu juga terdapat ‘Bumi lain’ yang masih berhimpitan dengan Bumi tempat tinggal manusia, namun berbeda dimensi.
Sehingga bumi kita saat ini dan bumi gaib disebut nyaris ada dalam satu tempat kendati beda dimensi.
Itulah sebabnya para wong samar dikatakan masih mendapatkan cahaya matahari seperti di Bumi manusia.
Menurut penuturan responden lagi yang ada di Bali barat, ada wong samar yang kerap terlihat mandi di hulu Sungai desa dan bisa dilihat dengan mata biasa.
"Jadi, kesimpulan sementara penelitian terhadap fenomena memedi, wong samar dan sebangsanya ini adalah bahwa mereka hidup di wilayah "Patala Loka" atau di wilayah ‘Bumi gaib’ yang disebut dengan ‘Bhauma swarga’," kata Gus Arya.
Diakui Gus Arya bahwa riset ini belum cukup dan terbentur stigma negative atau tabu di masyarakat tradisonal Bali.
"Tujuan riset ini sebenarnya adalah untuk menjawab pertanyaan fundamental manusia: apakah kita sendirian di alam semesta ini? Apakah peradaban manusia di Bumi berpengaruh pula dalam kehidupan makhluk gaib itu," pungkasnya.