Kemacetan di Ubud Dinilai Mustahil Diatasi Dengan Pelebaran Jalan

Pasalnya, jalan yang berada di pusat ubud memiliki lebar 6-8 meter dan tergolong cukup sempit.

Eviera Paramita Sandi
Kamis, 24 Agustus 2023 | 18:11 WIB
Kemacetan di Ubud Dinilai Mustahil Diatasi Dengan Pelebaran Jalan
Situasi kepadatan kendaraan di sekitar Pasar Tematik Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Kamis (24/8/2023) (suara.com/Putu Yonata Udawananda)

SuaraBali.id - 10 mobil shuttle elektrik akan dioperasikan di kawasan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Pengoperasian itu ditujukan untuk mengurangi kemacetan di Ubud sekaligus menurunkan emisi karbon.

Pengadaan shuttle listrik ini adalah Kerjasama antara Yayaaan Toyota Mobility Foundation (TMF) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Bali.

Hal ini pun disambut baik pula oleh Dinas Perhubungan. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Gianyar, I Nyoman Arianta menyebut kawasan Ubud memang memiliki kendala untuk mengurai kemacetan di wilayah tersebut.

Pasalnya, jalan yang berada di pusat ubud memiliki lebar 6-8 meter dan tergolong cukup sempit untuk kepadatan kendaraan yang besar di Ubud. Dengan kondisi seperti itu, pelebaran jalan seharusnya bisa menjadi solusi kemacetan.

Baca Juga:Mobil Shuttle Elektrik Akan Beroperasi di Ubud

Dari pantauan, kondisi lalu lintas di sekitar pusat Ubud pada siang hari memang padat merayap oleh kendaraan. Kondisi itu diperparah dengan kondisi jalan dua arah yang sempit namun tetap bisa dilewati oleh kendaraan besar seperti bus dan truk.

Namun, Arianta menilai Ubud dinilai memiliki sejarah sebagai kawasan wisata yang memiliki identitas kulturnya tersendiri yang harus dijaga.

“Kita harus menyiapkan infrastruktur, kalau kita bicara perluasan jalan dengan kondisi Ubud yang mana Ubud adalah sebuah desa yang secara sejarah sudah seperti ini dan inilah yang harus dilestarikan sebagai destinasi,” ujar Arianta saat ditemui di kawasan Ubud, Kabupaten Gianyar, Kamis (24/8/2023).

Maka dari itu, dia menilai pelebaran jalan di pusat Ubud tidak bisa diharapkan untuk menjadi opsi.

“Tentu pelebaran jalan menjadi sesuatu yang mustahil kalau kita bicarakan di pusat Ubud sendiri,” imbuhnya.

Baca Juga:Toyota Gandeng Pemprov Bali untuk Kurangi Kemacetan Dan Emisi Karbon di Ubud

Pihaknya juga menyebut telah membuka dua kantong parkir yang dimaksudkan untuk menata kendaraan yang kerap parkir di pinggir jalan dan menjadi penyebab kepadatan. Kantong parkir yang dimaksud adalah sentral parkir di Monkey Forest Ubud dan sentral parkir di Pura Batukaru.

Namun, upaya itu belum sepenuhnya melancarkan lalu lintas di sekitar pusat Ubud. Hal itu membuatnya menilai pengoperasian shuttle bisa menjadi penyokong yang baik untuk mengurangi kemacetan di Ubud.

“Kalau tidak bisa memperlebar jalan ya kurangi mobil yang melintas di arus itu. Kita harus berdayakan, optimalkan penggunaan kendaraan publik khususnya shuttle,” pungkasnya.

TMF berencana untuk mengoperasikan 10 mobil shuttle elektrik di sekitar Ubud untuk mengurai kemacetan dan mengurangi emisi karbon. Shuttle itu nantinya dapat dinaiki dengan gratis selama masa uji coba.

Rencananya, shuttle itu beroperasi mulai Bulan September 2023 ini hingga Bulan Februari 2024 mendatang. Nantinya, jika upaya tersebut menghasilkan tren positif, rencananya penerapan hal serupa akan diterapkan di wilayah rawan macet lainnya di Bali.

Kontributor : Putu Yonata Udawananda

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak