Penjual Sate Susu di Kampung Jawa Denpasar Raup Keuntungan Sampai Rp 1,3 Juta Per Hari

Sate susu yang dijualnya dipatok seharga Rp2 ribu per tusuknya dan dilengkapi dengan saus berwarna kuning dan sambal.

Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 15 April 2023 | 08:31 WIB
Penjual Sate Susu di Kampung Jawa Denpasar Raup Keuntungan Sampai Rp 1,3 Juta Per Hari
Nur Khotimah yang sedang berjualan sate susu di Kampung Jawa, Denpasar. [Suara.com/ Putu Yonata Udawananda]

SuaraBali.id - Hidangan sate susu adalah makanan khas untuk berbuka puasa di Lingkungan Kampung Muslim Wanasari, Denpasar Utara, Bali atau yang juga dikenal dengan sebutan Kampung Jawa. Sate susu menggunakan bahan dasar kelenjar susu sapi yang kemudian dipotong dan ditusuk seperti sate pada umumnya.

Nur Khotimah (43) adalah salah satu pedagang sate susu yang mendirikan lapaknya di sekitar Jalan Maruti. Nur baru berdagang sejak tahun 2015 lalu, namun dia meneruskan usaha ibunya yang memulai usahanya sejak tahun 1975 lalu.

“Dari 2015 saya sudah jualan sate, kalau ibu dari dulu memang. Dari dulu memang sudah ada sate susu. Ibu saya dulu (mulai) jualan baru banyak-banyaknya yang (ikut) jualan. Ibu saya sudah tua sudah 70-an umurnya,” ujarnya saat ditemui pada Jumat (14/4/2023).

Sate susu yang dijualnya dipatok seharga Rp2 ribu per tusuknya dan dilengkapi dengan saus berwarna kuning dan sambal. Namun, Nur yang berjualan bersama suaminya mengaku tidak mengetahui mengapa kelenjar susu sapi dipilih untuk kudapan yang unik ini.

Baca Juga:Menpora Temui Koster Bahas World Beach Games, Soal Timnas Israel Tak Banyak Dibahas

Nur menyebut selama bulan ramadhan, jumlah pedagang sate susu menjamur di sekitar Kampung Jawa. Tapi, ia berujar hanya dia yang tetap berjualan meski sudah bukan bulan ramadhan.

Menurutnya penjualan saat bulan puasa bisa melebihi hari-hari biasanya. Bahkan, hasil penjualan per harinya pada bulan puasa mampu mencapai Rp1,3 juta.

Nur mengakui banyak yang tertarik mencoba sate susu karena memiliki bahan yang unik. Namun, letak perbedaan pada sate miliknya dia sebut ada pada bumbu sausnya, karena menurutnya setiap pedagang memiliki karakteristik yang berbeda.

“Kadang dari bumbunya beda, satu sama lain beda. Beda penjual beda rasa. Ibu saya resep bumbunya dari dulu itu, kayak mirip bumbu genep bahasanya di sini,” tutur dia.

Selain menjual sate susu sapi, Nur juga menjual jenis sate lain seperti sate lilit, sate usus, hingga sate sumsum. Meski tetap akan berjualan, pada Hari raya Idul Fitri yang kian dekat ini Nur berencana untuk pulang ke kampung halaman suaminya di Lombok Barat.

Setelah kembali, mungkin hanya Nur yang tetap berjualan sate susu di Kampung Jawa.

Meski begitu, setelah delapan tahun berjualan, Nur dan suaminya tetap mengharapkan suatu saat mereka bisa memiliki tempat sendiri untuk berjualan.

“Biar bisa lanjut, ya semoga bisa punya tempat sendiri,” pungkasnya.

Kontributor : Putu Yonata Udawananda

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini