Bertema Dampak Perang, Ogoh-ogoh Kali Citta Pralaya Gunakan Limbah Alami

Sementara lapisan di tengah menggambarkan korban dari perang berupa nyawa, harta, dan harapan.

Eviera Paramita Sandi
Selasa, 21 Maret 2023 | 11:22 WIB
Bertema Dampak Perang, Ogoh-ogoh Kali Citta Pralaya Gunakan Limbah Alami
Ogoh-ogoh Kali Citta Pralaya di Banjar Dukuh Mertajati, Sidakarya, Denpasar Selatan [suara.com / Putu Yonata Udawananda]

SuaraBali.id - Umat Hindu di Bali bersiap menyambut Hari Raya Nyepi yang jatuh pada Rabu (22/3/2023) nanti. Sebuah penanda kian dekatnya Hari Raya Nyepi di Bali adalah semakin banyaknya ogoh-ogoh yang dikreasikan setiap Banjar yang tersebar di seluruh Bali.

Salah satu kreasi ogoh-ogoh unik yang bisa ditemukan di Denpasar ada di Banjar Dukuh Mertajati, Kelurahan Sidakarya, Denpasar Selatan. Pada tahun ini, kelompok pemuda di Banjar Dukuh Mertajati yang tergabung dalam Sekaa Truna Tunas Muda mengusung ogoh-ogoh bertemakan dampak perang yang berjudul Kali Citta Pralaya.

“Konsepnya kita tentang konflik perang. Kita berusaha menggambarkan ogoh-ogoh ini tentang dampak dari perang. Judul ogoh-ogohnya Kali Citta Pralaya, kehancuran yang diakibatkan pikiran yang buruk,” ujar Ketua ST Tunas Muda Banjar Dukuh Mertajati, Pageh Wedhanta (24) saat ditemui di balai banjar, Senin (20/3/2023) malam.

Menurut penjelasan Pageh, terdapat tiga bagian dari ogoh-ogoh banjarnya. Bagian terbawah disebut Bedawang Nala yang merepresentasikan bumi.

Baca Juga:Pria Rusia Turunkan Celana di Gunung Agung Lalu Diviralkan ke Medsos

Sementara lapisan di tengah menggambarkan korban dari perang berupa nyawa, harta, dan harapan.

Sementara lapisan teratas menggambarkan raksasa yang tak memiliki tangan dan kaki. Simbol tersebut menggambarkan sebuah sosok yang bahkan hanya menggunakan pikirannya saja dapat menghancurkan dunia.

“Yang utama itu simbol raksasa tidak memiliki tangan atau kaki. Tangan kaki ada di kepala. Kami ilustrasikan sebagai sebuah sosok yang tidak perlu turun tangan atau kaki, tapi cukup dengan pikirannya saja dapat membuat dunia ini menjadi kacau,” imbuh Pageh.

Menariknya, Pageh menyebut banjarnya selalu menggunakan bahan-bahan limbah alami sebagai hiasan ogoh-ogoh.

Pada tahun ini, ogoh-ogohnya menggunakan bahan alami seperti kulit cabai, tulang daun, jerut purut kering, dan akar kering.

Baca Juga:Bikin Ulah, Bule di Bali Teriak Marah Saat Dilarang Lewat Karena Ada Ritual Melasti

“(Memilih karena) cukup unik dan itu sudah kami terapkan dari tahun 2015. Karena bahan tersebut juga cocok untuk tekstur ogoh-ogoh. Itu bahan organik juga untuk mengurangi limbah plastik di ogoh-ogoh itu,” tuturnya.

Sejak 2015 juga Banjar Dukuh Mertajati selalu menggunakan limbah alami untuk ogoh-ogoh seperti kulit telur, tembakau, ikan teri, korek api, dan arang.

Atas kreativitasnya itu, ogoh-ogoh di Banjar Dukuh Mertajati juga diganjar dengan penghargaan sebagai juara pertama lomba ogoh-ogoh se-Kecamatan Denpasar Selatan pada tahun ini. Pageh juga menyebut penghargaan tersebut sudah diraih sebanyak tiga kali beruntun.

Karena meraih juara, ogoh-ogohnya juga mendapat kesempatan tampil diarak di Catur Muka pada Sabtu (18/3/2023) lalu. Pageh juga menjelaskan bahwa ogoh-ogoh Kali Citta Pralaya itu akan diarak di seputar desa pada Hari Pengerupukan yang jatuh pada Selasa (21/3/2023) ini.

Kontributor : Putu Yonata Udawananda

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak