“Dari awal sudah pakai salak, karena kita harus punya ciri khas. Kalau kita usaha, untuk bertahan itu harus punya ciri khas. Jangan melenceng dari ciri khas kita sendiri, agar kita beda,” ujarnya.
Meski sempat naik turun saat pandemi Covid-19, kini usahanya sudah kembali stabil. Usaha makanannya bahkan sudah mencatat penjualan hingga Rp 50 juta dalam sebulan.
Sementara bisnis araknya mampu menjual 2.500 botol dengan penjualan mencapai Rp 500 juta pada tahun 2022 lalu.
Setelah 20 tahun memiliki usaha pangan, dia meyakini bahwa setiap pengusaha harus terbiasa dengan rasa malu. Baginya, ego dan rasa malu adalah sifat yang harus dibuang jauh bagi setiap pengusaha.
Baca Juga:Malang, Pengusaha Laundry Ini Telepon Genggamnya Dirampas Maling, Warganet Kasian
“Kalau kita mau bisnis tidak mau malu, tidak akan berhasil. Harus berani malu dan berani menurunkan ego. Masak manajer malu nenteng tas. Perasaan itu buang aja, jadi pengusaha itu harus biasa malu,” pungkasnya.
Kontributor : Putu Yonata Udawananda