Bali Perlu Sertifikasi Keselamatan Destinasi Wisata

Bali perlu melengkapi diri dengan sertifikasi keselamatan

Muhammad Yunus
Minggu, 20 November 2022 | 15:01 WIB
Bali Perlu Sertifikasi Keselamatan Destinasi Wisata
Ilustrasi wisata Bali. (Envato)

SuaraBali.id - Praktisi pariwisata Ida Bagus Ngurah Wijaya mengatakan Bali perlu melengkapi diri dengan sertifikasi keselamatan untuk destinasi wisata yang dimiliki sehingga bisa terus bersaing dengan destinasi lainnya di dunia.

"Bali memiliki destinasi yang unik, tidak ada duanya di dunia. Bali bersaing dengan Thailand, Malaysia, Singapura, sampai negara-negara Eropa," kata Ngurah Wijaya pada NCPI Bali "Great Sharing Session" di Sanur, Denpasar, Sabtu 19 November 2022.

Bahkan, lanjut dia, Bali telah menjadi salah tujuan atau destinasi wisata terbaik di dunia dalam 15 tahun terakhir. "Ini tentu harus dipertahankan supaya Bali lebih berkualitas, pengelolaannya lebih berkualitas, dan target kita wisata kelas premium," ucapnya.

Bali pun dinilai memiliki karakter tersendiri dengan alamnya yang indah, hasil karya kerajinan manusianya, spiritualnya juga sifat manusianya.

Baca Juga:Denise Chariesta Unggah Poto Ayu Dewi Pegang Karangan Bunga, Promo atau Pansos?

"Ini yang membuat Bali indah. Banyak orang asing ke Bali karena di Bali mereka mendapatkan semuanya. Tak ada satupun negara di dunia punya keindahan seperti Bali," katanya pada diskusi yang dihadiri para pelaku pariwisata, akademisi, perwakilan asosiasi pariwisata, serta sejumlah pengamat pariwisata dan unsur pemerintah itu.

Menurut dia, dengan berbagai kelebihan yang dimiliki Bali untuk dapat menjadi kelas premium, SDM pariwisata Bali harus bagus dan didukung dengan kualitas destinasi yang memiliki sertifikasi keselamatan.

"Untuk tenaga kerja pariwisata kita sudah terbukti dibutuhkan di seluruh dunia. Tetapi untuk destinasi atau objek wisata kita kualitasnya harus terus dibenahi agar tetap bisa bersaing dengan negara lain," kata mantan Ketua Bali Tourism Board (BTB) itu.

Ngurah Wijaya mencontohkan dengan keindahan alam yang dimiliki Bali, banyak bermunculan destinasi yang menawarkan wisata ayunan maupun spot-spot untuk berswafoto. Hanya saja, banyak yang terbuat dari bambu maupun kayu yang terlihat berbahaya.

"Bukan tidak bagus, tetapi bambu dan kayu ada umurnya. Kapan harus diganti dan sebagainya. Demikian pula ada arung jeram, sertifikasinya harus ada, mana yang boleh dan tidak boleh," ujarnya.

Baca Juga:Nora Alexandra Jengah Kelakuan Jerinx SID, Ingin Hidup Tenang Tanpa Musuh, Minta Buktikan Kata 'Prioritas'

Sejauh ini, kata Ngurah Wijaya, Bali belum memiliki perda mengenai sertifikasi keselamatan destinasi wisata sehingga menjadi tugas pemerintah untuk turut menjaga kualitas destinasi wisata dan keselamatannya.

Sementara Expert Digital Marketing Gede Gunawan mengatakan Bali harus selalu melihat berbagai kesempatan agar pariwisatanya tetap bisa berkelanjutan.

"Bali harus bisa melihat pangsa pasar yang ada di dunia ini termasuk pangsa pasar domestik karena sudah terbukti memberikan dampak positif terhadap pariwisata di Bali," ucapnya.

Menurut Gede Gunawan, jumlah trip destinasi di Indonesia sangat besar. Pada 2019 saja mencapai 700 juta kali traveling. Namun saat COVID-19 turun drastis hanya sekitar 200 jutaan. Namun, sayangnya potensi yang begitu besar itu Bali baru dapat 1 persennya saja.

Penerbangan menjadi salah satu kendala. Oleh karena itu, jumlah penerbangan ini yang harus bisa ditingkatkan. Pelaku di industri pariwisata juga harus menggarap potensi ini dengan menata destinasi yang ada, diantaranya desa wisata.

Sementara itu, Ketua Nawa Cita Pariwisata Indonesia (NCPI) Bali Agus Maha Usadha mengatakan penting terus memupuk kolaborasi bersama semua insan pariwisata untuk menggali, membahas isu-isu terdepan dan mencari solusi sebagai masukan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini