Makna Hari Raya Pagerwesi Bagi Umat Hindu Bali

Dalam bahasa Bali Hari Raya Pagerwesi diartikan sebagai hari untuk memagari diri atau magehang awak.

Eviera Paramita Sandi
Rabu, 26 Oktober 2022 | 10:07 WIB
Makna Hari Raya Pagerwesi Bagi Umat Hindu Bali
Ilustrasi sembahyang umat Hindu (suara.com/Bagus Santosa)

SuaraBali.id - Hari raya Pagerwesi dirayakan umat Hindu di Nusantara hari ini, Rabu (26/10/2022). Dalam penanggalan Hindu, hari ini selalu jatuh pada Rabu Kliwon wuku Sinta.

Salah satu tokoh intelektual Hindu Romo Poniman, mengatakan bahwa Hari raya Pagerwesi sering dikaitkan dengan pagar besi yang secara sederhana berarti perlindungan yang kuat dan kokoh.

"Dalam pengertian ini tentunya umat Hindu memanfaatkan hari Pagerwesi untuk memperkokoh diri dengan ilmu pengetahuan," ujarnya.

Menurutnya Hari Raya Pagerwesi dilaksanakan menurutnya tergantung dari desa (tempat), kala (waktu), patra (keadaan) setempat.

"Pelaksanaanya sering dilakukan di sanggah rumah masing-masing, atau pura," ungkapnya.

Di Pandemi Covdi-19, pelaksanaanya menurutnya lebih tepat dilaksanakan di sanggah rumah.

Umat Hindu melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi di hari raya Pagerwesi dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pramesti Guru. Sang Hyang Pramesti Guru merupakan nama lain dari Dewa Siwa.

Dalam sebuah literatur, Lontar Sundarigama, Pagerwesi yang jatuh pada Budha Kliwon Shinta merupakan hari Payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh Dewata Nawa Sangga.

Hal ini mengandung makna bahwa Hyang Premesti Guru adalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai guru sejati.

Dalam bahasa Bali Hari Raya Pagerwesi diartikan sebagai hari untuk memagari diri atau magehang awak.

"Dengan ilmu pengetahuan itulah manusia magehang awak atau memagari diri agar selalu berjalan pada ajaran kebenaran atau dharma," ungkap Poniman.

Pagerwesi erat kaitanya dengan hari Saraswati yang telah digelar Sabtu (4/7) lalu.

Setelah Saraswati, esoknya hari Minggu, adalah hari Banyupinaruh, dimana umat Hindu melakukan pensucian diri dengan mandi di laut atau di kolam mata air.

Pada saat itu pula, dipanjatkan permohonan semoga ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk tujuan-tujuan mulia.

Kemudian esoknya, hari Senin disebut hari Somaribek, yang dimaknai sebagai hari di mana Sanghyang Widhi melimpahkan anugerah berupa kesuburan tanah dan hasil panen yang cukup untuk menunjang kehidupan manusia.

Selanjutnya, hari Selasa, disebut Sabuh Mas, umat manusia akan menerima pahala dan rezeki berupa pemenuhan kebutuhan hidup lainnya, bila mampu menggunakan ilmu pengetahuan.

Hari raya Pagerwesi di hari Rabu, dapat diartikan sebagai suatu pegangan hidup yang kuat, agar ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi pedoman bagi kehidupan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini