Andika berharap memiliki gedung sekolah yang bangus dan layak seperti sekolah-sekolah pada umumnya.
“Mau punya sekolah yang bagus,” harapnya.
Sementara itu Pembina Pondok Ihyaa’uddin Aik Beta TGH Harmizan mengatakan pada awal pembangunan pihaknya kumpul bersama masyarakat dan mendirikan sekolah.
Tahap awal hanya bangunan bedek dan kumuh dengan tiang bambu dan ditembok dengan pagar.
Semakin lama kondisi bangunan cukup memprihatinkan dan tidak layak ditempati. Sekitar dua tahun lalu membuat tembok yang lebih kokoh.
“Menjadi persoalan kami kalau hujan sebagian siswa belajar sebagian lagi tidak. Keterbatasan dana juga kami tidak bisa buat tembok sampai atas makanya setengahnya di pagar,” cerita Harmizan.
Harmizan berharap adanya perhatian serius dari pemerintah untuk memperhatikan sekolah-sekolah pelosok. Meskipun cukup jauh dari pusat pemerintahan dan perkotaan.
“Harapan kami supaya dilihat oleh pemangku kebijakan walaupun jauh dari perkotaan karena saya tidak pandai melobi pejabat,” pungkasnya.
Menanggapi kondisi itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lombok Timur, Izzudin mempersilahkan pihak sekolah dapat mengunjungi dinas terkait untuk menyampaikan kondisi yang ada. Serta meminta operator sekolah berperan aktif.
“Sila pihak sekolah kapan-kapan sowan (berkunjung dalam bahasa sasak. Red) ke dinas,” katanya singkat
Kontributor: Toni Hermawan