Pusat Gempa di Samudera Hindia Belanda M 5,9 Semalam Berdekatan Dengan Gempa Besar 2016

Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal dipicu deformasi batuan di IFZ di Wharton Basin

Eviera Paramita Sandi
Kamis, 26 Mei 2022 | 10:55 WIB
Pusat Gempa di Samudera Hindia Belanda M 5,9 Semalam Berdekatan Dengan Gempa Besar 2016
Monitoring gempa bumi magnitudo 5,9 di Samudra Hindia pada Rabu (25/5/2022) malam. [Istimewa]

SuaraBali.id - Gempa bumi yang terjadi pada Rabu (25/5/2022) malam pukul 22.05 WIB semalam ternyata berkekuatan magnitudo 5,9 dan berdekatan dengan pusat gempa pada 2 Maret 2016.

Gempa yang terjadi kala itu bermagnitudo 7,8 yang memicu tsunami kecil.

"Gempa magnitudo 5,9 semalam yang bersumber di Investigator Fracture Zone (IFZ) di Wharton Basin Samudra Hindia, episenternya berdekatan dengan gempa besar pada 2016 yang berpotensi tsunami," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono di Jakarta, Kamis (26/5/2022).

Seperti diketahui bahwa semalam, Rabu (26/5/2022) terjadi gempa bermagnitudo 6,2, kemudian diperbarui menjadi magnitudo 5,9.

Baca Juga:111 Kasus Rabies di Jembrana Ada di 38 Desa yang Kini Jadi Zona Merah, Vaksin Menipis

Pusat gempa terletak pada koordinat 4,06 derajat Lintang Selatan - 93,57 derajat Bujur Timur tepatnya di laut pada jarak 828 Km arah barat daya Lahomi Nias, Sumatera Utara dengan kedalaman 10 km.

Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal dipicu deformasi batuan di IFZ di Wharton Basin, Samudra Hindia dengan mekanisme geser (strike-slip) yang merupakan ciri mekanisme gempa di Investigator Fracture Zone (IFZ).

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan mendatar (strike-slip fault).

Dampak gempa berdasarkan laporan masyarakat berupa guncangan dirasakan di Nias Selatan pada skala II-III MMI, dimana getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa seakan-akan ada truk berlalu.

Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut, karena lokasi episenternya yang cukup jauh dari Pulau Sumatra, gempa ini tidak berdampak merusak

Baca Juga:Travel Tabrak Truk Parkir di Jalur Denpasar-Gilimanuk, 1 Penumpang Travel Meninggal

Hasil pemodelan tsunami dengan sumber gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Hingga Kamis pagi, hasil pantauan BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock).

Pada 2 Maret 2016, gempa bermagnitudo 7,8 terjadi di lepas pantai Barat Kepulauan Mentawai (Barat Daya Kepulauan Mentawai-Sumbar), pukul 19.49.41 WIB, lokasi 4.92 derajat LS dan 94.39 derajat BT dengan kedalaman 10 km, berpotensi tsunami di sebagian wilayah Indonesia.

BMKG mengeluarkan peringatan dini tsunami yang kemudian diakhiri pada pukul 22.32.42 WIB untuk seluruh wilayah Indonesia. Hasil catatan observasi muka laut di Padang dan Cocos Island-Australia terekam kenaikan muka air laut masing-masing 5 cm dan 10 cm. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak