SuaraBali.id - Lapak-lapak lusuh mulai termakan usia ditata rapi, debu-debu halus dibersihkan perlahan. Beberapa nampan berisi kembang yang harum dan beragam warna mulai dicampur.
Jari jemari keriput Inaq (ibu) Seni dengan apiknya menyiram kembang berharap supaya terlihat segar dan menarik perhatian pembeli.
Ia merasa bersyukur dengan perayaan Lebaran Idul Fitri sebab masyarakat akan berziarah ke makam-makan keluarga guna memanjatkan doa. Setelah itu, akan menaburkan beberapa kembang sebagai wujud cinta kepada orang-orang yang telah mendahului.
"Alhamdulillah kalau Lebaran gini ramai yang beli," kata Seni sembari melayani pembeli di pasar tradisional Masbagik, Jum'at, (6/5/2022).
Seni mangaku keuntungan per harinya pada perayaan Idul Fitri mencapai ratusan ribu. Bahkan sudah ada yang memesan jauh-jauh hari.
"Pas lebaran per hari bisa dapat Rp 200 ribu," kata nenek berusia 70 tahun ini.
Pekerjaan penjual kembang sudah dilakoni Inaq Seni berpuluh-puluh tahun lamanya. Pundi-pundi rupiah yang dihasilkan dari penjual kembang sangat tidak menentu.
Sebab hari-hari biasanya terkadang keuntungan hanya Rp 5 ribu bahkan tidak ada sama sekali.
"Kalau hari biasa kadang enggak laku, soalnya jarang yang beli," keluhnya.
Kecipratan untung juga dirasakan Masni, dirinya mengaku dapat mendulang untuk ratusan ribu per hari selama libur lebaran ini. Pasalnya, jika hari-hari biasanya keuntungan tidak mencapai ratusan ribu.
"Saya jual kembang sudah lama," katanya.
Hari-hari biasa, kata Mahni terkadang hanya dibeli Rp 5 ribu untuk keperluan mandi dan berobat.
"Alhmadulillah lebaran ini betul-betul mendatangkan berkah," pungkas nenek yang beralamat di Masbagik Daya ini.
Kontributor : Tony Hermawan