SuaraBali.id - Asal usul nama Lailatul Qadar menjadi malam Lailatul Qadar tak banyak orang yang tahu. Malam Lailatul Qadar disebut sebagai malam terbaik saat Ramadhan.
Dan mala mini disebut sebagai malam yang lebih indah dari seribu bulan. Di malam ini, Allah menurunkan Al-Quran kepada malaikat Jibril di langit dunia.
Baru setelah itu ayat Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur. Bila umat Islam melakukan kebaikan pada malam itu, maka nilainya lebih baik dari mengerjakan kebaikan selama seribu bulan atau sekitar 84 tahun.
Dirilis NU Online, lailatul qadar disebut dengan lailatul qadar tidak lepas dari beberapa kejadian di dalamnya. Ada beberapa pendapat ulama yang memberikan alasan di balik penamaan tersebut.
Imam al-Hafiz al-Faqih al-Qadhi Waliyuddin Abu Zur’ah Ahmad bin ‘Abdurrahim bin Husain al ‘Iraqi (762-826 H)—atau yang biasa disebut dengan nama Al Iraqi.
Dalam kitab Syarhus Sadri bi Dzikri Lailatil Qadri mengatakan, ulama kelahiran Mehran, pinggir sungai Nil, Mesir ini mengatakan bahwa ada 4 pendapat ulama di balik penamaan lailatul qadar.
Pertama,
Pada malam tersebut Allah SWT menetapkan rezeki, ajal, dan kejadian alam pada tahun setelahnya. Setelah itu, Allah menyerahkan semua ketetapan itu pada para malaikat. Arti qadr salah satunya adalah takdir. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ad-Dukhan,
“Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” (QS Ad-Dukhan: 4).
Dengan adanya ayat di atas, pada malam mulia itu disebut dengan malam lailatul qadar, yaitu malam yang Allah tampakkan semua kepastian takdir kepada para malaikat.