SuaraBali.id - Ribuan umat Katolik menjalani ibadah Jumat Agung di Gereja Katolik Katedral Denpasar, pada Jumat (15/4/2022). Dewan Pastoral Paroki menggelar 5 kali ibadah Jumat Agung dari pagi hingga petang hari.
Masing-masing umat yang datang ibadah diwajibkan untuk scan barcode aplikasi Pedulilindungi, setelah itu cek suhu tubuh, menginjak karpet disinfektan serta mencuci tangan di wastafel yang telah disediakan, memakai hand sanitizer selanjutnya umat diarahkan ke tempat duduk yang telah diatur dengan jaga jarak.
Ketua Satgas COVID-19 Gereja Katedral Denpasar, Vitalis Alexander menuturkan pihak gereja menyediakan kapasitas 3.200 umat, hampir dua kali lipat dari awal masa pandemi COVID-19 yang hanya 1.500 umat saja.
"Untuk Jumat Agung saat ini ada pelonggaran, kalau sebelum pandemi 7.000 an umat, untuk pelonggaran ini 3.200 umat sudah lebih banyak umat yang hadir dibandingkan awal masa pandemi lalu yang sangat terbatas hanya 1.500 umat," kata Alex yang juga Ketua II Bidang Aksi Kemasyarakatan Dewan Pastoral Paroki (DPP) Gereja Katolik Katedral Denpasar itu.
Selain itu, yang berbeda dari tahun sebelumnya saat masa pandemi, yakni kini pihak gereja memperbolehkan anak-anak, ibu hamil dan Lansia yang dalam keadaan sehat untuk bisa hadir di gereja.
"Anak-anak, ibu hamil dan lansia asal sudah vaksin lengkap dan kondisi sehat bisa hadir di gereja," ujarnya.
Misa Jumat Agung sore ini dipimpin oleh Romo Herman Yosef Babey, dalam khotbahnya menyampaikan tentang kisah sengsara Yesus Kristus yang wafat di kayu salib di Bukit Golgota untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa.
Untuk perayaan Pekan Suci mulai dari Minggu Palma (pengedaran daun Palma), Kamis Putih (acara pembasuhan kaki para Rasul) dan Jumat Agung (Penyembahan Salib).
Pastor Paroki mengatur sedemikian rupa supaya ketiga peristiwa iman itu dilaksanakan sesuai dengan protokol kesehatan Covid 19.
Pembasuhan kaki para Rasul waktu perayaan Kamis Putih ditiadakan sesuai dengan anjuran Tahta Suci Vatikan melalui Kongregasi Tata Tertib Ibadat Suci dan acara Penyembahan Salib waktu Jumat Agung. Umat dari tempat duduk masing-masing menundukkan kepala sejenak ketika Imam mengangkat Salib.
Romo Herman mengisahkan, Yesus meskipun tidak bersalah namun Ia rela menderita dan sengsara demi kepentingan orang lain karena sesungguhnya dosa umat manusialah yang ditanggung-Nya.
"Penderitaan, kesengsaraan kita harus ikhlas dalam menjalaninya untuk harkat dan martabat yang lebih baik," kata Romo Herman
Umat diajak belajar dari Salib Yesus bagi kehidupan, di mana untuk mencapai suatu pengharapan atau cita-cita haruslah berjuang dan rela menderita.
“Hidup manusia tidak bisa luput dari penderitaan, tetapi bersama salib Kristus, kita bisa membangun kehidupan yang lebih baik dari waktu ke waktu, semoga salib Kristus membawa keselamatan bagi kita semua yang penuh kesulitan dan tantangan,” ungkapnya.
Kontributor Bali : Yosef Rian