Ekspor Kerajinan Tangan Bali Lesu, Penurunan Bisa Capai 50 Persen

Andaikata terjadi pemulihan ekspor pada 2021, peningkatannya tak signifikan dibanding sebelum pandemi dimulai.

Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 11 Februari 2022 | 19:45 WIB
Ekspor Kerajinan Tangan Bali Lesu, Penurunan Bisa Capai 50 Persen
Ilustrasi - Perajin anyaman bambu. [BeritaBali/Ist]

SuaraBali.id - Ekspor kerajinan tangan Bali lesu sejak pandemi covid-19 dimulai Maret 2020 lalu hingga saat ini. Hal itu dikemukakan oleh Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Ekspor dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Bali I Ketut Darma Siadja.

Andaikata terjadi pemulihan ekspor pada 2021, peningkatannya tak signifikan dibanding sebelum pandemi dimulai.

"Ada pergerakan. Tapi, masih lesu. Kalau penurunan ekspor, saya bisa katakan sampai 50 persen. Hanya, angka persisnya saya tidak ingat," ujarnya saat dihubungi, Kamis (10/2/2022).

Bahkan kini tantangannya semakin berat, pasalna ekspor yang lesu, pengusaha kerajinan tangan menghadapi tantangan biaya pengiriman barang yang melonjak drastis. Tak tanggung-tanggung, kenaikannya bahkan mencapai lima kali lipat karena kelangkaan kontainer.

Ditambah lagi, persoalan jadwal pengiriman barang yang kian tak menentu.

"Kendalanya, kelangkaan kontainer. Kadang bisa menunggu satu bulan sampai 1,5 bulan untuk mendapatkan kontainer. Lalu, jadwal dan harga yang berlipat-lipat naiknya," imbuh dia seperti dikutip beritabali.com – Jaringan Suara.com.

Ia mencontohkan pengiriman ke Amerika Serikat yang tadinya dibanderol Rp40 juta, kini mencapai Rp200 juta.

Siadja mengaku sudah menyampaikan keluhan pengekspor kepada staf kepresidenan. Namun, ia pesimis, mengingat kasus serupa terjadi di dunia.

"Pergerakan barang di dunia masih tidak selancar sebelum pandemi. Bukan hanya kita di Bali saja. Tapi juga seluruh Indonesia mengeluhkan hal yang sama," jelasnya.

Kerajinan tangan, sambung dia, merupakan salah satu industri yang digerakkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selain pariwisata dan pertanian, Bali juga mendapatkan sumbangsih dari industri kerajinan tangan.

Alasan lain, ketidakpastian di tengah pandemi covid-19 menyeret daya beli kerajinan tangan di dunia. Mengingat, kerajinan tangan merupakan kebutuhan tersier.

Bukan kebutuhan primer dan sekunder.

Jangan heran, banyak pelaku usaha handicraft di Bali yang gulung tikar. Pekerjanya pun ikut dirumahkan dan di-PHK.

"Tenaga kerjanya banyak yang pindah profesi sekarang," terang dia.

Adapun, kerajinan tangan yang diekspor oleh Bali, antara lain perak, bambu, rotan atau anyaman, gerabah, dan produk kain dari garmen. Kerajinan tersebut banyak dikirim ke AS dan Eropa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak