Tembang Bibi Anu, Warisan Leluhur Bali Dalam Wejangan Lewat Lagu

Bibi Anu merupakan tembang yang biasanya dinyayikan para orang tua untuk menidurkan

Eviera Paramita Sandi
Minggu, 07 November 2021 | 10:30 WIB
Tembang Bibi Anu, Warisan Leluhur Bali Dalam Wejangan Lewat Lagu
Ilustrasi bayi tidur. (Shutterstock)

SuaraBali.id - Sebuah lagu Bali yang masih terus eksis hingga saat ini berjudul Tembang Bibi Anu. Lagu ini merupakan bentuk wejangan lewat lagu yang merupakan warisan leluhur.

Lagu tersebut berisi sebuah wejangan atau nasihat tentang cara hidup dan berbicara. Demikian pula tentang berbuat berkomitmen terhadap diri, menjaga hubungan baik dengan teman dengan cara berpikir, bertidak dan berucap baik serta senantiasa belajar untuk mencapai kewibawaan sebagai bekal hidup.

Hal ini teruangkap dalam sebuah artikel berjudul “Analisis Tembang Bibi Anu (Pendekatan Antrophological Linguistics)” yang merupakan bagian dari prosiding Seminar Nasional Bahasa Ibu VII Dalam rangka memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional Tahun 2014.

Artikel ditulis oleh Ni Made Ayu Widiastuti, Sang Ayu Isnu Maharani dan Yana Qomariana dari Universitas Udayana.

Ni Made Ayu Widiastuti dan kawan-kawan menuliskan bahwa Pupuh Pucung Bibi Anu merupakan tembang yang biasanya dinyayikan para orang tua untuk menidurkan atau mengasuh anak-anak mereka yang masih balita.

Biasanya dinyayikan untuk mengungkapkan suasana aman, tenang dan damai sehingga sangat sesuai dinyayikan untuk menidurkan balita.

Bibi Anu sebenarnya mengandung makna semua manusia di bumi, namun dilambangkan oleh seorang perempuan karena perempuan merupakan seseorang yang sangat mulia yang memiliki beberapa kelebihan.

Kelebihan sekaligus sebagai kodratnya melahirkan anak, menyusui, menjadi ibu dan istri yang berperan penting dalam kehidupan.

Baris lamun payu luas manjus secara harfiah mengandung makna membersihkan diri atau mencari kesucian  yang tentunya merupakan tujuan hidu.

Jadi makna yang ingin disampaikan adalah  jika ingin pergi mencapai suatu tujuan seperti menuntut ilmu, bekerja atau berkarir.

Baris Antenge Tekekang kemudian mengandung makna denotatif, konotatif dan konseptual. Antenge tekekang denotatifnya bermakna menguatkan ikatan selendang.

Sedangkan makna konotatifnya yaitu menguatkan kemauan atau bersungguh-sungguh. Pada baris yatnain ngaba mesuai secara konotatif memberikan makna untuk berhati-hati dalam berteman.

Baris terakhir termuat tiuk puntul, bawang anggen sasikepan. Tiuk puntul mengandung pesan agar jangan menggunakan kecerdasan untuk tujuan yang tidak baik, seperti membodohi orang lain.

Sedangkan makna bawang anggen sasikepan yaitu agar menggunakan rasa kasih sayang sebagai landasan dari setiap kegiatan. [bbn/mul]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak