Makam Muslim Wikondo di Jembrana Bali, Jauh dari Kesan Angker Mirip Tempat Wisata

Makam ini dijaga oleh seorang juru kunci bernama Saifur Ali (61) yang setiap hari juga ikut merawat dan membersihkan.

Eviera Paramita Sandi
Kamis, 28 Oktober 2021 | 11:30 WIB
Makam Muslim Wikondo di Jembrana Bali, Jauh dari Kesan Angker Mirip Tempat Wisata
Makam muslim Wikondo, banjar Air Anakan Desa Banyubiru Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana Bali. Foto : beritabali.com

SuaraBali.id - Tak seperti makam biasanya yang terkesan angker dan menyeramkan, makam muslim Wikondo di Banjar Air Anakan Desa Banyubiru, Negara, Kabupaten Jembrana, Bali ini terlihat asri dan lebih mirip tempat wisata. Di lahan seluas 20 are ini tak hanya ada makam, tapi juga terdapat bangunan Bale Sari, Mushola hingga Gudang.

Makam ini dijaga oleh seorang juru kunci bernama Saifur Ali (61) yang setiap hari juga ikut merawat dan membersihkan.

Makam ini merupakan wakaf bagi para umat muslim yang memakamkan jenazah di area tersebut. Dari bilik setiap petak makam sudah bertuliskan area wakaf milik dari para yang mewakafkan.

"Pekerja di area makam ini berjumlah 2 orang dengan upah Rp65 ribu per-hari. Ini dibayar per bulan dengan sistem ditranfer melalui rekening," ujarnya.

Saifur Ali menjelaskan, Makam muslim Wikondo diresmikan pada tahun 2015 oleh Bupati Jembrana yang saat itu dijabat Putu Artha. Hal ini juga mendapatkan sepengetahuan dari pihak Kantor Urusan Agama atau KUA Negara yang diberi nama Makam Muslim Wikondo.

"Sejarah makam ini berawal dari para jamaah yang meninggal di lingkungan mushola yang ada di Denpasar. Maka sulit untuk dimakamkan. Bahkan guru-guru ngaji baik yang dari luar maupun yang ada sekitar air anakan dimakamkan sebagai tokoh-tokoh," ungkapnya.

Selain itu makam ini juga diwakafkan bagi para mualaf tanpa dikenakan biaya apapun termasuk gali kubur, karena semua sudah diakomodasikan oleh Yayasan Wikondo.

"Walau ornamen berbentuk seni Tionghoa namun ciri khas Islam yang ada. Setiap makam tidak boleh dikeramik hanya batu nisan saja yang beda. Cara mengubur pun sama tanpa ada yang menyimpang dari aqidah Islam. Ada juga hibah dari PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia)," tegasnya.

Saifur Ali juga menambahkan, pemilik makam ini, Haji Trisno Wikondo Raharjo kerap aktif di kegiatan berbagi antar sesama umat beragama. Ia juga selalu hadir bila ada kegiatan non muslim, bahkan menyumbang untuk kegiatan amal seperti membuat ogoh-ogoh bagi warga sekitarnya.

"Total jumlah yang dimakamkan berjumlah 11 makam, terdiri dari mualaf, China muslim, dan tokoh muslim. Makam teduh ini dengan rimbunan pohon tanpa ada kesan angker, bahkan justru malah bernuansa seperti tempat wisata,“ tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak