Fakta-fakta Galungan dan Kuningan, dari Makna Hingga Tradisi Unik

Apakah makna di balik perayaan Galungan dan Kuningan? Berikut ulasannya.

Pebriansyah Ariefana
Sabtu, 23 Oktober 2021 | 13:04 WIB
Fakta-fakta Galungan dan Kuningan, dari Makna Hingga Tradisi Unik
Umat Hindu menggelar persembahyangan Hari Raya Galungan di Ubud, Bali, Rabu (15/7).

SuaraBali.id - Galungan dan Kuningan identik dengan masyarakat Bali. Sebab keduanya adalah hari raya umat Hindu yang merupakan agama mayoritas di pulau Dewata. Ketika perayaan hari raya tersebut, hampir setiap pelosok pulau Bali dipenuhi hiasan janur yang dipasang di sebatang bambu. Oleh masyarakat Bali, hiasan tersebut disebut Penjor.

Saking meriahnya perayaan Galungan dan Kuningan, dua hari raya tersebut juga menjadi daya Tarik bagi wisatawan dalam dan kuar negeri. Namun apakah makna di balik perayaan Galungan dan Kuningan? Berikut ulasannya.

Makna Hari Raya Galungan

Suasana jelang perayaan Galungan Suku Tengger di Desa Desa Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. (Suara.com/Sugianto)
Suasana jelang perayaan Galungan Suku Tengger di Desa Desa Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. (Suara.com/Sugianto)

Dalam laman bulelengkab.go.id disebutkan, kata Galungan berasal dari kata Jawa kuno, yang berarti bertarung. Di Bali, kata ini juga biasa disebut “dungulan” yang memiliki arti menang. Pertanyaannya, menang melawan apa?

Baca Juga:Sejarah Perjanjian Linggarjati, Perjalanan dari Awal hingga Dampaknya

Laman forumstudimajapahit.com menulis, Hari Raya Galungan memiliki makna kemenangan kebaikan melawan keburukan. Dimana kebaikan disebut Dharma dan keburukan disebut Adharma. Karena itu pada hari raya ini, umat Hindu di Bali merayakan dan bersyukur ke hadapan Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.

Sejarah Galungan

Umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan di tengah situasi aktifitas Gunung Agung pada level siaga di Pura Besakih, Karangasem, Bali, Rabu (1/11
Umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan di tengah situasi aktifitas Gunung Agung pada level siaga di Pura Besakih, Karangasem, Bali, Rabu (1/11

Tida ada catatan pasti kapan pertama kali Hari Raya Galungan dilaksanakan. Namun, mantan Dirjen Bimas Hindu dan Buddha Departemen Agama RI, Drs. I Gusti Agung Gede Putra memperkirakan, hari raya ini sudah lama dirayakan umat Hindu di Indonesia, setelah itu baru popular di masyarakat Hindu Bali.

Namun sejarah lainnya tercantum dalam lontar Purana Bali Dwipa. Ini adalah semacam Pustaka suci atau kitab pedoman yang disimpan oleh umat Hindu. Disana disebutkan Hari Raya Galungan pertama kali dirayakan pada hari Purnama Kapat, tahun 882 masehi atau tahun Saka 804.

Terlepas sejarah mana yang lebih valid, Hari Raya Galungan telah menjadi salah satu hari raya suci Umat Hindu di Bali.

Baca Juga:Apa Saja Agama di Bali? Benarkah Mayoritas Hindu?

Makna Hari Raya Kuningan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak