SuaraBali.id - Bandar Udara atau bandara Ngurah Rai Bali, dahulu dikenal sebagai Pelabuhan Udara Tuban. Keberadaannya tidak terlepas dari cerita tentang Desa Adat Tuban, yang menjadi lokasi berdirinya bandara.
Dikutip dari BeritaBali.com, jaringan SuaraBali.id, terdapat beberapa legenda yang dipercaya masyarakat Desa Adat Tuban. Salah satu legenda yang cukup menarik adalah pemilihan kata Tuban, yang kemudian dijadikan nama resmi Desa Adat Tuban.
Didasarkan kepada catatan awig-awig (peraturan) Desa Adat Tuban, dan sesuai penafsiran yang berkembang di kalangan masyarakat Tuban saat itu, kata Tuban sebagai Desa Adat Tuban, ditafsirkan dalam beberapa versi.
Menurut buku "Ngurah Rai Airport Bali Gateway to Paradise", konon kata Tuban berasal dari kata "Mataeb" yang berarti angker.
Baca Juga:Wisata Bali: Pantang Menyerah, Mantan Engineering Hotel Ini Alih Usaha Bidang Kuliner
Kemudian Mataeb berubah menjadi kata Taeban yang berarti sangat angker.
Akan tetapi kata Taeban inipun berubah, warga menyebutnya Tuban. Lalu sesudah itu sebutan Taeban berubah sebagai Desa Tuban.
Versi kedua, nama Tuban berkaitan dengan sejarah masuknya prajurit Majapahit ke Bali. Konon sekitar tahun 1.400-1.500 Masehi, prajurit Majapahit menyerang Bali, untuk mewujudkan impian Patih Gajah Mada mempersatukan Nusantara.
Prajurit Majapahit kemudian berlabuh di sebuah lokasi bernama Dalem Perahu (tempat berlabuhnya perahu) yang terletak di sebelah barat Bandara Ngurah Rai saat ini.
Para prajurit Majapahit bertolak dari Tuban Jawa Timur. Itu sebabnya nama tempat pendaratan pertama kali prajurit di Bali diberi nama sama dengan tempat pemberangkatan yakni Tuban.
Baca Juga:Wisata Bali: Dongkrak Pariwisata, Kemenparekraf Luncurkan Vaksinasi Sekaligus Piknik
Versi berikutnya, nama Desa Tuban ditafsirkan berasal dari akar kata Tayuban yang berarti minuman.
Menurut keyakinan masyarakat setempat, dari jaman dahulu sampai 1965, Desa Tuban adalah desa pertanian, di mana seluruh desa dipenuhi pohon kelapa dan pohon lontar.
Pekerjaan masyarakat setempat pada zaman itu adalah membuat minuman beralkohol, seperti tuak dari air kelapa dan air lontar.
Boleh juga diartikan, karena banyakannya minuman, dan minuman dalam bahasa Bali kuno disebut tayuban, lama-lama kata tayuban dilafalkan dengan sebutan Tuban, karena desa Tuban adalah penghasil minuman dari tuak kelapa dan tuak lontar atau tuak nira.
Berbagai versi penafsiran di atas belum satupun memperoleh pengakuan yang jelas, yang mana di antara versi ini yang paling mendekati kebenaran tentang asal muasal kata Tuban.