SuaraBali.id - Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun berdoa anak pelacur jadi presiden Indonesia kelak. Namun Cak Nun bukan bicara dalam konteks Pilpres 2024. Doa anak pelacur jadi presiden itu viral dan membuat penontonnya tercengang. Terlebih dengan alasan Cak Nun lebih pantas anak pelacur jadi presiden Indonesia, dibanding orang biasa.
Hal itu dikatakan Cak Nun dalam sebuah video berjudul ‘Doa Seorang Pelacur’ di saluran Youtube resminya.
Cak Nun memastikan, harapan tersebut bukan sekadar guyon atau imajinasi semata. Sebab, dia ingin, seluruh masyarakat mendapat kesempatan yang sama—termasuk mereka yang lahir dari rahim pelacur.
Cak Nun meminta masyarakat mau dan bersedia mendoakan anak-anak pelacur.
Baca Juga:Survei CPCS: Capres Pilihan Milenial Bukan Prabowo atau Puan, Tapi Ganjar dan Ridwan Kamil
“Syukur Anda mendoakan bahwa anaknya akan lahir menjadi orang besar, anaknya akan lahir menjadi orang yang betul-betul dicita-citakan ibunya yang pelacur itu, yang tidak mungkin mendoakan anaknya untuk juga menjadi pelacur. Pasti anaknya didoakan menjadi anak yang saleh dan salehah,” kata Cak Nun.
“Mudah-mudahan, Anda ikut berdoa, suatu hari nanti kalau perlu, presiden kita adalah anak pelacur. Karena doa pelacur itu jauh lebih tinggi keinginannya dibanding doa kita yang sudah baik-baik ini,” kata dia.
Omongan itu tidak dalam satu waktu dan tiba-tiba dibicarakan Cak Nun. Cak Nun lebih dulu mengungkapkan tak ada seorang pun di muka bumi yang bermimpi atau bercita-cita menjadi pelacur.
Itulah mengapa, dia meminta masyarakat jangan menghakimi profesi mereka tanpa mengetahui kebenaran di baliknya.
Bahkan, Cak Nun mengaku, dia dan teman-teman Kiai Kanjeng kerap mengunjungi tempat-tempat pelacuran di Jawa Timur.
Bukan hanya datang atau berkunjung, dia juga menyampaikan pesan-pesan kehidupan di hadapan para wanita yang ‘bekerja’ di sana.
Baca Juga:Ridwal Kamil Kalahkan Prabowo di Pilpres Jika yang Memilih Kaum Milenial
“Teman-teman sekalian, saya sering datang ke tempat seperti itu dengan segala fitnahnya. Saya pernah sama Kiai Kanjeng pentas di tempat pelacuran terbesar se-Asia Tenggara yang namanya Dolly. Dan semua datang, para pelacur itu, untuk pertama kalinya mereka libur semalam,” ujar Cak Nun.
“Saya mengatakan kepada mereka, saya datang ke sini bukan untuk mendukung pekerjaan Anda. Saya datang ke sini untuk berunding, berapa tahun lagi Anda butuh persiapan untuk keluar dari sini,” sambungnya.
Menariknya, budayawan itu mengaku pernah mengajak Walikota Surabaya, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan pemuka agama untuk memberi pembekalan kepada pelacur-pelacur tersebut. Sebab, kata dia, pelacur merupakan profesi yang tidak bisa ‘naik pangkat’, sehingga tak ada jaminan untuk masa depan.
“(Pelacur-pelacur itu) harus ada perhitungan pasti bahwa tahun ke sekian, Anda sudah mencapai stagnansi, dan pada saat itu Anda sudah punya keterampilan kerja, Anda sudah punya himpunan modal ada kadarnya untuk bisa memulai hidup yang baru,” terangnya.
Lebih jauh, Cak Nun menambahkan, meski kerap distigmakan sebagai profesi kotor, namun masyarakat diminta tetap mencintai pelacur sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Namun, ‘cinta’ yang dimaksud bukan dengan datang atau menggunakan jasa mereka, melainkan dengan cara berdoa supaya mereka dibukakan jalan yang terbaik.
“Saya harap Anda memiliki ketegaan hati untuk mengotori kaki-tangan Anda sendiri. Bukan untuk melacurkan diri, bukan untuk melacur di sana. Tetapi untuk mencintai mereka sebagai hamba Allah,” pintanya.