Bukan Cuma Jatim, 3 Provinsi Ini Mungkin Diterjang Tsunami, Termasuk Bali?

Potensi gempa dengan kekuatan magnitudo besar dan menimbulkan tsunami tidak hanya di pesisir Jawa Timur.

Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 11 Juni 2021 | 18:39 WIB
Bukan Cuma Jatim, 3 Provinsi Ini Mungkin Diterjang Tsunami, Termasuk Bali?
Riset tsunami 20 meter dari jurnal Ilmiah Nature (nature.com)

SuaraBali.id - Sebanyak 4 provinsi mungkin diterjang tsunami tinggi. Sebelumnya disebutkan Jawa Timur paling berisiko diterjang tsunami. Namun ada 3 provinsi lain berisiko diterjang tsunami, apakah salah satunya Bali? Mungkinkah bali diterjang tsunami?

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono menegaskan potensi gempa dengan kekuatan magnitudo besar dan menimbulkan tsunami tidak hanya di pesisir Jawa Timur.

“Catatan sejarah gempa besar Jawa akibat aktivitas subduksi lempeng membuktikan bahwa justru Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Barat adalah yang paling sering dilanda gempa besar,” ujar Daryono dalam akun twitternya @DaryonoBMKG seperti dilihat Hops.id (Jaringan Suara.com), Jumat (11/6/2021).

Dikatakan Daryono, gempa bumi adalah proses geologi dan tektonik dan itu sunatullah seperti terjadinya hujan, angin, dan air yang mengalir.

Baca Juga:Bali Dibuka untuk Wisata Agustus 2021, 1.493 Desa Adat Mulai Bersiap

“Karena di situ banyak manfaat untuk manusia dan sistem alam sendiri. Sehingga jika kita berdoa mohonlah perlindungan dan keselamatan, bukan minta jangan terjadi gempa,” lanjut Daryono dalam akun twitternya.

Riset tsunami 20 meter dari jurnal Ilmiah Nature (nature.com)
Riset tsunami 20 meter dari jurnal Ilmiah Nature (nature.com)

Ditegaskan Daryono, kapan gempa kuat akan terjadi, maka hal tersebut sama seperti halnya bertanya kapan kita mati.

“Setiap yang hidup pasti mati. Pasti tapi kapan itu tiba kita tidak tahu. Sehingga terkait potensi gempa sebenarnya tidak perlu resah dan panik,” tutur Daryono.

Dia juga meminta masyarakat yang berada di wilayah rawan gempa untuk tetap tenang dan tidak perlu resah dan panik.

“Jalani hidup ini dengan optimis dan produktif. Meski demikian, mitigasi konkret wajib diwujudkan,” ujar Daryono.

Baca Juga:Kakek 69 Tahun Perkosa Bocah Kelas 4 SD di Negara, Diburu Bapak Korban, Lari ke Pantai

Sebagai upaya untuk antisipasi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memiliki metode sederhana. Yakni metode 20-20-20.

Metode ini tidak berlaku bagi semua wilayah, namun berlaku bagi orang-orang yang ketika kejadian sedang berada atau tinggal dekat dengan garis pantai dan sulit untuk evakuasi ke dataran tinggi.

Riset tsunami 20 meter dari jurnal Ilmiah Nature (nature.com)
Riset tsunami 20 meter dari jurnal Ilmiah Nature (nature.com)

Jika Sobat Hops merasakan gempa selama 20 detik, waspada tsunami akan datang dalam waktu 20 menit kemudian. Jika berada di garis pantai, sebaiknya Sobat Hops sgeera mengevakuasi diri untuk naik ke atas gedung dengan ketinggian 20 meter.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menerapkan metode ini adalah Sobat Hops harus memilih gedung yang masih berdiri utuh dan kokoh selesai terjadi gempa.

Jika evakuasi secara vertikal tidak mungkin dilakukan, misalnya semua bangunan di garis pantai hancur atau tidak utuh, Anda bisa melakukakan evakuasi horizontal. Yang perlu Sobat Hops lakukan adalah menjauhi bibir pantai sejauh mungkin.

Akan lebih baik lagi jika Sobat Hops mampu berjalan lebih jauh. Perlu diingat, jangan menggunakan kendaraan ketika evakuasi dari bibir pantai karena terdapat resiko gempa susulan yang bisa membahayakan Sobat Hops ketika sedang berada di kendaraan.

Selain itu, jika terjadi kemacetan, ini juga berbahaya karena Sobat Hops jadi tidak bisa melakukan evakuasi terhadap diri dan keluarga Sobat Hops nih.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak