Legenda Garuda Wisnu Kencana, Hingga Jadi Tunggangan Dewa Wisnu

Dikisahkan pada zaman dahulu di pulau Bali, hidup seorang Resi yang arif dan bijaksana bernama Resi Kasyapa.

Pebriansyah Ariefana
Kamis, 03 Juni 2021 | 14:44 WIB
Legenda Garuda Wisnu Kencana, Hingga Jadi Tunggangan Dewa Wisnu
Peresmian Patung Garuda Wisnu Kencana ( Shutterstock )

SuaraBali.id - Legenda Garuda Wisnu Kencana. Patung Garuda Wisnu Kencana bukan hanya batu, namun Garuda Wisnu Kencana simpan kisah miris dan menyedihkan. Garuda Wisnu Kencana

Garuda Wisnu Kencana yang tegak dibangun di desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali ini terinsipirasi dari legenda Garuda bersama Dewa Siwa, Patung dengan ketinggian 23 meter ini juga menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi oleh turis.

Dikisahkan pada zaman dahulu di pulau Bali, hidup seorang Resi yang arif dan bijaksana bernama Resi Kasyapa.

Resi Kasyapa memiliki dua orang istri bernama Kadru dan Winata. Meskipun Resi Kasyapa telah bersikap adil kepada kedua istrinya, Kadru tidak pernah menyukai Winata dan selalu menyimpan rasa iri serta dengki kepada Winata.

Baca Juga:Pajak Kendaraan Menunggak Lebih dari 2 Tahun, Pemprov Bali Beri Keringanan

Kala itu, Kadru dan Winata, masing-masing diberikan keturunan. Kadru memiliki para Naga sedangkan Winata dikarunia oleh Burung Garuda.

Garuda Wisnu Kencana Bali (GWK Bali) [IG@pesona.nusantara1]
Garuda Wisnu Kencana Bali (GWK Bali) [[email protected]]

Kedengkian Kadru terhadap Winata masih tersimpan, Kadru mencoba berbagai upaya jahat agar Winata dapat keluar dari lingkaran Resi Kasyapa.

Konon para Dewa dan asura mengaduk-aduk samudra untuk mendapatkan Tirtha (air) Amartha. Tirtha Amertha yang berada di dasar laut tersebut dapat membuat peminumnya hidup abadi walaupun hanya setetes.

Bersamaan dengan peristiwa tersebut muncul kuda Uccaihsrawa atau Ucaisrawas yaitu kuda putih berkepala tujuh milik Dewa Indra. Akal licik dan jahat dari Kadru muncul untuk mencoba menyingkirkan Winata, dengan menantangnya untuk menebak warna kuda Uccaihsrawa yang belum pernah terlihat oleh Kadru dan Winata.

Tantangan dari Kadru disanggupi oleh Winata dengan perjanjian, jika siapapun yang kalah harus menjadi budak dan selalu mentaati perintah pihak yang menang. Kadru kemudian menebak warna kuda Uccaihsrawa itu berwarna hitam, dan Winata menebak warna kudanya adalah putih.

Baca Juga:Setelah Work From Bali, Kini Ada Work From Lombok, Lebih Enak Mana?

Sebelum kuda tersebut muncul, Kadru memperoleh informasi dari para naga (anak Kadru) bahwa kuda tersebut sebenarnya berwarna putih.

Karena Kudra telah mengetahui bahwa dirinya kalah, ia kemudian menyusun siasat baru dengan cara mengutus anaknya untuk menyembur dengan racun tubuh sehingga kuda tersebut berwarna kehitaman.

Sejumlah pekerja berada di atas kendaraan truk yang mengangkut modul terakhir dari Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) sebelum dipasang di Ungasan, Badung, Bali, Selasa (31/7). [Antara/Fikri Yusuf]
Sejumlah pekerja berada di atas kendaraan truk yang mengangkut modul terakhir dari Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) sebelum dipasang di Ungasan, Badung, Bali, Selasa (31/7). [Antara/Fikri Yusuf]

Munculnya kuda tersebut akhirnya menjadikan Winata bersedia menjadi budak Kadru selama hidupnya, karena merasa telah kalah.

Rupanya anak Winata, yaitu Burung Garuda mengetahui perbuatan licik dari Kadru, tak tinggal diam sang Garuda kemudian bertempur siang dan malam dengan para Naga.

Pertarungan tersebut berakhir secara imbang dan sampai akhirnya para Nagapun memberikan persyaratan bahwa dia akan membebaskan Winata apabila sang Garuda membawakan air suci atau Tirtha Amertha kepada para naga.

Sang Garuda menyetujui persyarataan tersebut. Sang Garuda bersedia mencari di mana Artha Amartha tersebut meskipun ia tidak mengetahui dimana demi menyelamatkan sang ibu.

Di tengah perjalanannya mencari air suci ini, sang Naga bertemu Dewa Wisnu yang tengah membawa Tirtha Amartha. Kemudian sang Garduda memintanya dari Dewa Wisnu.

Sang Garuda boleh mengambilnya dengan syarat Garuda bersedia menjadi tunggangan Dewa Wisnu, yang kemudian dikenal dengan sebutan Garuda Wisnu Kencana.

Garuda kemudian mendaptkan imbalan yang telah dijanjikan oleh Dewa Wisnu, dan dibawanya kepada para Naga dengan wadah ilalang.

Sebelum Tirtha tersebut diminum oleh para naga terlebih dahulu telah diminum Dewa Indra. Namun tetesan tersebut masih tertinggal di tali rumput ilalangnya.

Dijilatnya ilalang tersebut oleh para Naga, yang ternyata ilalang tersebut sangatlah tajam hingga menyebabkan lidah para Naga terbelah yang kemudian setiap keturunan naga itu memiliki lidah yang terbelah. Sesuai dengan perjanjian awal kemudian ibu Winata mampu dibebaskan.

Itulah cerita miris di balik legenda Garuda Wisnu Kencana, dengan akhir yang membahagiakan atas kegigihan dan kerja keras burung Garuda berkorban untuk menyelamatkan sang Ibu.

yang kemudian juga menjadi isnpirasi terpilihnya burung Garuda sebagai lambang negara Indonesia.

Kontributor : Kiki Oktaliani

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak