Sosok I Gusti Ngurah Rai, Pahlawan Bali, Anak Camat Pimpin Pasukan Ciung Wanara

Ayah Ngurah Rai merupakan camat Petang. Atas jabatan yang dimiliki ayahnya, Ngurah Rai mendapatkan kesempatan untuk bersekolah di Hollandasch Inlandsche School (HIS).

Pebriansyah Ariefana
Rabu, 02 Juni 2021 | 08:05 WIB
Sosok I Gusti Ngurah Rai, Pahlawan Bali, Anak Camat Pimpin Pasukan Ciung Wanara
I Gusti Ngurah Rai

Kekosongan yang terjadi di Bali, memberi kesempatan bagi Belanda untuk memengaruhi raja-raja Bali. Kekecewaan I Gusti Ngurah Rai atas hasil dari perjanjian Linggarjati, antara pemerintah Belanda dan Indonesia yang berisi bahwa pemerintah Belanda mengakui kekuasaan Indonesia yang meliputi pulau Jawa, Madura, dan Sumatera.

Sedangkan Bali diakui menjadi bagian negara Indonesia timur milik Belanda.

Belanda telah menyiapkan kurang lebih 2000 pasukan dengan persenjataan lengkap dan sejumlah pesawat terbang untuk bertempur melawan I Gusti Ngurah Rai dan pasukkannya - Ciung Wanara.

Pada tanggal 18 November 1946, I Gusti Ngurah Rai bersama pasukkanya menyerang Tabanan dan berhasil menguasai gudang senjata tersebut.

Baca Juga:Ledakan Dahsyat di Bali, Dua WNA Prancis Terbakar

Hal ini memicu kemarahan Belanda kemudian pada 20 November 1946 Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya yang ada di Bali dan Lombok untuk menyerang I Gusti Ngurah Rai sekaligus Ciung Wanara.

Dalam pertempuran kedua belah pihak yang tak imbang ini pertahanan I Gusti Ngurah Rai bersama Ciung Wanara hancur hingga sampai pada pertahan terakhir di desa Margarana, Ngurah Rai dan pasukkannya berhasil dipukul mundur karena terjatuh ke dalam jurang.

Sebelum I Gusti Ngurah Rai gugur, ia sempat meneriakkan kata Puputan. Peristiwa tersebutlah yang kerap disebut sebagai perang Puputan Margana, yang dalam bahasa Bali Puputan berarti habis-habisan dan Margana merupakan tempat berlangsungnya perang.

Atas aksi heroik yang dilakukan oleh I Gusti Ngurah Rai, pada tahun 1975 Presiden Soeharto atas nama pemerintah Republik Indonesia mempersembahkan gelar Bintang Mahaputra dan kenaikkan pangkat menjadi Brigjen TNI (anumerta) berdasarkan SK Presiden RI No 63/TK/1975, serta namanya diabadikan sebagai nama bandara Internasional di pulau kelahirannya, Bali dan sebagai nama kapal perang atau KRI, dibangun monumen peringatan di Badung, serta sosok I Gusti Ngurah Rai diabadikan dalam uang pecahan 50 ribu rupiah.

Kontributor : Kiki Oktaliani

Baca Juga:Bule Prancis Jadi Korban Tabung Gas di Cluster Palm B30 Kuta Dibawa ke RSUP Sanglah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak