Muhammad Yunus
Kamis, 13 November 2025 | 14:20 WIB
Penampakan sampah di TPS Sandubaya yang disebut mempengaruhi kualitas beras di gudang Bulog [Suarabali.id/Buniamin]
Baca 10 detik
  • Kondisi tersebut akan mempengaruhi kualitas beras yang akan dikonsumsi masyarakat
  • Titiek Soeharto kaget dengan bau busuk sampah TPS Sandubaya yang tercium hingga gudang Bulog
  • Pemerintah tidak punya lahan untuk pembuangan sampah

SuaraBali.id - Komisi IV DPR RI menyoroti lokasi gudang Bulog mandalika bersebelahan dengan tempat pembuangan sementara (TPS) Sandubaya.

Kondisi tersebut akan mempengaruhi kualitas beras yang akan dikonsumsi oleh masyarakat.

Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi atau lebih dikenal dengan Titiek Soeharto mengatakan tim berkunjung ke gudang Bulog untuk melihat persediaan beras.

Hanya saja, dari kunjungan yang dilakukan kaget dengan bau busuk sampah di TPS Sandubaya yang tercium hingga gudang bulog.

Dimana, lokasi TPS Sandubaya bersebelahan dengan gudang beras sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas.

“TPS itu waktu kita masuk baunya menyengat. Ini kan kurang higienis untuk beras yang disimpan di situ,” katanya Rabu (12/11).

Sementara itu, Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB, Mara Kamin Siregar mengatakan keberadaan TPS Sandubaya selama ini mempengaruhi kualitas beras.

Ketua Komisi IV DPR RI Titiek Soeharto mengunjungi gudang Bulog Makassar, Senin 11 Agustus 2025 [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara]

“Kita koordinasi dengan Pemkot Mataram untuk mencari solusi terbaik terhadap TPS,” katanya.

Ia mengaku, TPS Sandubaya sudah lama beroperasi. Selama ini sudah bersurat ke Pemkot Mataram terkait kondisi yang terjadi dan berharap lokasi TPS bisa dipindah.

Baca Juga: Komisi IV Tinjau Gudang Bulog Gianyar, Titiek Soeharto: Beras Lokalnya Agak Pecah-pecah

“Mudah-mudahan ada solusi yang terbaik untuk pengalihan sampah,” harapnya.

Bau busuk sampah di TPS Sandubaya berdampak pada beras. Dengan begitu, perawatan beras yang sebelumnya dilakukan sekali dalam empat bulan, menjadi dua bulan sekali.

“Baunya dan Hama yang paling cepat. Jadi akan mempengaruhi biaya. Perawatan kita tetap lakukan dan biaya akan lebih tinggi,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Mataram Lalu Alwan Basri mengaku sudah menerima surat dari Perum Bulog NTB.

Namun, Pemkot Mataram masih kebingungan untuk lokasi pembuangan sampah.

“Kita kan produksi 230 ton sehari. Kita dapat kendala karena Kebon Kongok ditutup sehingga satu-satunya jalan di situ kita punya lahan,” katanya Kamis (13/11).

Load More