SuaraBali.id - Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni menjelaskan rencananya untuk mengubah 20,6 juta hektar hutan cadangan di Indonesia menjadi area pertanian dan sumber energi. Dia menilai jika hal tersebut bukan merupakan perusakan hutan atau deforestasi, melainkan memaksimalkan fungsi hutan.
“Jadi idenya justru di 20,6 juta hektar ini tetap menjadi kawasan hutan. Bukan hutannya dibuka, bukan dirusak, bukan dilakukan deforestasi tapi memaksimalkan fungsi hutan,” ujar Raja Juli saat ditemui di Hutan Mangrove Arboretum, Denpasar, Kamis (16/1/2025).
Dia juga menjamin jika proyek hutan cadangan itu justru meminimalisir adanya pembabatan hutan.
“Logika hutan cadangan pangan itu justru menimalisir terjadinya deforestasi,” imbuhnya.
Dia belum menjelaskan secara rinci lokasi-lokasi hutan yang akan dieksekusi dengan metode tersebut. Namun, dia membocorkan jika penanaman pada 50 hektare pertama mulai dilakukan oleh Menteri Pertanian pada 22 Januari 2025 mendatang.
“Tinggal nanti dengan Menteri Pertanian mulai menanam tanggal 22 (Januari) kita tanam di 50 hektare,” sambungnya.
Upayanya untuk memaksimalkan fungsi hutan tersebut adalah dengan melakukan metode tanam tumpeng sari, dengan menanam beberapa jenis tanaman dalam satu lahan.
Raja Juli mencontohkan upayanya dengan menanam beberapa jenis tanaman seperti jati atau sengon, namun pada bagian bawahnya ditanami tanaman pangan seperti padi gogo dan jagung.
Dia juga sudah menghitung dengan memanfaatkan satu juta hektare lahan untuk menanam padi, Indonesia mampu menghasilkan 3,5 juta ton beras. Dari perhitungannya, jumlah tersebut sudah mampu menutupi kuota impor beras negara selama satu tahun.
Baca Juga: Pergi Sendirian Cari Madu ke Hutan, Pria Paruh Baya Hilang Sejak 3 Hari Lalu
Sehingga dengan itu Indonesia diperkirakan dapat melakukan swasembada pangan sekaligus menjaga hutan.
“Kita tanam dengan cara tumpang sari di kawasan hutan, maka satu hektare itu itu bisa memproduksi 3,5 ton beras dengan bibit terbaru,” tutur dia.
Sebelumnya, rencana program tersebut diutarakan Raja Juli dengan upaya untuk mengubah lahan produktif untuk mendukung ketahanan pangan, energi, dan air nasional. Dia menyebut perancangan proyek tersebut sudah melalui kajian mendalam agar tidak merusak ekosistem.
Kontributor : Putu Yonata Udawananda
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Apa Jasa Raden Aria Wirjaatmadja bagi BRI? Begini Kisahnya
-
TikTok Diprediksi 'Menggila' Saat Nataru, Trafik Data Bali-Nusra Diproyeksikan Naik
-
Batik Malessa, Dari Kampung Tipes Memberdayakan Perempuan dan Menggerakkan Ekonomi Keluarga
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu