SuaraBali.id - Dugaan kekerasan seksual yang dilakukan seorang penyandang disabilitas I Wayan Agus Suartama alias Agus Buntung (21) masih terus berproses di Polda NTB. Banyak masyarakat yang merasa kasihan terhadap Agus yang tanpa kedua tangan jadi tersangka.
Seorang Psikolog asal Lombok, Fitriani Hidayah pun menyebut bahwa rasa kasihan yang dimaksud perlu dikaji lagi.
Mengamati dugaan tindakan yang dilakukan Agus Buntung, menurut Fitri, dari obrolan yang dilakukan oleh Agus adalah bagian dari manipulasi emosi untuk mempengaruhi korban sehingga mau bercerita tentang masalah yang dihadapi secara terbuka.
"Ketika korban menolak tapi korban mengatakan lagi kata-kata kalau kamu terikat dengan saya dan saya akan melaporkan kamu ke keluarga dan korban merasakan tekanan. Proses itu antara korban dan pelaku dalam psikologi itu namanya pelaku sedang mengumpan manipulasi emosi si korban," katanya Senin (9/12) sore.
Baca Juga: Polda NTB Buru Korban Lain Agus Disabilitas, Sediakan Posko Pengaduan
Manipulasi emosi adalah upaya seseorang untuk mempengaruhi seseorang mengunakan permainan pikiran dan emosi. Hal ini akan berdampak pada emosi pada tubuhnya.
"Jadi sebenarnya manipulasi emosi ini bisa dilakukan oleh siapapun yang penting dia berpengalaman di bidang itu. Walaupun dia tidak belajar tentang psikologi, manipulasi emosi tapi dia sudah punya pola tersendiri dan sering melakukan itu dan ada korban-korban yang berhasil ketika melakukan manipulasi emosi dan dia akan terlatih untuk memanipulasi orang yang lebih mahir lagi sehingga terjadi pelecehan seksual tersebut," ungkapnya.
Ada beberapa kelompok orang yang mudah kena manipulasi emosi. Misalnya orang yang tidak memiliki riwayat pola asuh yang tidak baik. Artinya tidak dianggap di dalam keluarga sehingga tidak percaya sendiri.
"Yang rentan lainnya juga adalah memiliki riwayat kekerasan seksual sebelumnya. Jadi mungkin ada beberapa korban kemarin yang mengalami masa lalu yang kurang baik. Apa pernah mengalami kekerasan seksual sebelumnya," katanya.
Korban yang tidak menceritakan kekerasan seksual yang terjadi pada dirinya karena takut menjadi aib di lingkungannya akan memendam masalahnya sendiri dan menjadi trauma.
Baca Juga: Modus Pelecehan Seksual yang Diduga Dilakukan Agus Disabilitas Terekam Dalam Video
"Pendidikan seksual yang tidak memadai atau rendah. Jadi kalau kita mau mempertahankan diri kita maka kita harus punya edukasi tentang itu. Sementara di Lombok itu menurut saya dari segi observasi saya pendidikan seksual masih kurang, pendidikan psikologi masih kurang sehingga perempuan di Lombok menjadi rentan untuk manipulasi emosinya," katanya.
Selain itu, pertahanan diri yang masih kurang sehingga mudah untuk dimanipulasi emosinya. Dimana, beberapa kasus yang ditangani adalah adanya kelompok yang tidak memiliki tempat bercerita baik dilingkungan keluarga maupun temannya.
"Ketika ada orang asing yang tiba-tiba mau dan disuruh cerita ini mau terbuka. Karena mereka selama ini tidak ada tempat untuk bercerita dan tidak ada tempat aman untuk menceritakan hal tersebut. Korban yang dimanipulasi emosi kenapa mereka mau bercerita sebegitunya padahal itu orang asing," katanya.
Menurutnya, banyaknya korban ini disebut karena tersangka Agus diduga sudah sering melakukan manipulasi emosi. Dan bisa dikatakan manipulasi emosi merupakan kelebihannya.
"Karena dia sudah berulang kali melakukannya dan sudah tahu polanya untuk mempengaruhi orang," ucapnya.
Kondisi Agus tegas Psikolog asal Lombok ini memang tidak memiliki tangan. Hanya saja semua aktivitas bisa dilakukan seperti orang normal lainnya. Sehingga tidak perlu dikasihani hanya karena dia tidak memiliki tangan.
"Kalau orang awam itu ketika orang disabilitas itu kita harus kasihani. Tapi kan si pelaku ini bisa beraktivitas main music, berkendara motor dan bisa beraktivitas yang orang-orang lain juga lakukan. Itu yang harus dikaji. Kalau kasihan, maka kasihan karena apa?” tanya Fitri.
Sedangkan alasan penahanan rumah yang dilakukan Polda NTB menurut Fitri seharusnya masih bisa dikomunikasikan.
"Walaupun belum ada penjara yang memadai ya bisa dikomunikasikan. Kan dia masih bisa hidup seperti kita. Dia masih bisa menggunakan kakinya untuk produktif. Kalau ada bala bantuan ya keluarga bisa dimintain keluarga," jelasnya.
Kontributor ; Buniamin
Berita Terkait
-
Biadab! Dokter Residensi Unpad Tersangka Perkosa Pasien: Modus Cek Darah Keluarga
-
Tips Lindungi Diri dari Pelecehan Seksual, Belajar dari Kasus Dokter Residen Perkosa Keluarga Pasien
-
Apa Itu Tes Crossmatch? Diduga Modus Kekerasan Seksual Residen Anestesi Unpad ke Penunggu Pasien
-
Ironi Dugaan Pelecehan Dokter Residen pada Keluarga Pasien, Dibius Demi Lancarkan Aksi
-
Heboh Pelecehan saat Mudik, Ini Tips Buat Wanita Menghadapi Predator Seks di Transportasi Umum
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
Pilihan
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB, Terbaik untuk April 2025
-
Gelombang Kejutan di Industri EV: Raja Motor Listrik Tersandung Skandal Tak Terduga
-
Harga Emas Antam Lompat Tinggi Lagi Rp34.000 Jadi Rp1.846.000/Gram
-
IHSG Naik 5,07 Persen Pasca Penundaan Tarif Trump, Rupiah Turut Menguat!
Terkini
-
53.000 Tanda Tangan di Petisi Undang-undang Pencegahan Kim Soo Hyun, Good Day Hapus Wajahnya
-
Koster Minta Tak Masukkan Canang Sari di Penghitungan Inflasi Bali : Itu Niskala
-
Investor Merapat! BRI Umumkan Cum Date Dividen, Jangan Sampai Ketinggalan
-
Undangan Pernikahan Dengan Luna Maya di Ubud Diduga Bocor, Maxime Kecewa
-
Gara-gara Foto Ini Luna Maya Dibilang Anak Bali Banget Oleh Maxime Bouttier