SuaraBali.id - Menjelang Sensus Ekonomi, Gubernur Bali Wayan Koster meminta Badan Pusat Statistik (BPS) nanti tidak memasukkan canang sari sebagai salah satu komoditas yang masuk penghitungan inflasi.
Ia menyarankan agar sebaiknya diganti menjadi komoditasnya, seperti janur, bunga, atau pisang sebagai bagian dari bahan-bahan membuat sarana persembahyangan canang sari tersebut.
“Agar BPS tidak memasukkan prasarana upacara di Bali seperti canang dan daksina sebagai faktor inflasi, karena hal itu bagian dari unsur niskala, kalau bahannya seperti busung atau janur, bunga, pisang bisa dijadikan faktor inflasi,” kata Wayan Koster, Rabu (10/4/2025).
Koster menyebut perlu dilakukan kajian lebih dalam terkait ekonomi di Pulau Dewata termasuk soal memasukkan canang sari sebagai komoditas inflasi.
Baca Juga: Nyaris Kehilangan Jessica Iskandar, Vincent Verhaag Ngaku Siap Gantikan Nyawanya
Selama ini sarana sembahyang tersebut kerap kali masuk jajaran penyumbang inflasi setiap jelang hari raya.
Pemprov Bali saat ini sedang menjalani transformasi ekonomi melalui konsep Ekonomi Kerthi Bali yang di dalamnya terdapat sektor pertanian organik, kelautan dan perikanan, Industri Kecil Menengah (IKM) hingga Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Pemerintah daerah juga sedang mempersiapkan program Sensus Kebudayaan Bali dengan lokasi di Desa Adat.
Koster menyatakan bahwa sensus ini bertujuan untuk perlindungan kebudayaan Bali, karena Bali dikenal dengan kekayaan dan keunikan budaya-nya yang beragam dan letaknya di desa adat.
"Nanti kita rancang, apakah BPS Bali jadi penyelenggara sensus ini dengan kerja sama atau bagaimana nanti mekanisme, yang jelas data kebudayaan yang ada di desa adat ini harus detail kita miliki sebagai aset," ujarnya.
Baca Juga: Ritual Undang Leak di Jembatan Tukad Bangkung Jadi Sorotan, Live Sambil Bawa Kain Rajah
Saat ini Pemprov Bali juga hendak mendata jumlah penduduk krama Bali untuk mengetahui secara spesifik jumlah dan pendidikan dari anak pertama yaitu yang bernama depan Wayan, Putu, dan Gede; anak kedua yang bernama Made, Nengah, dan Kadek atau Kade; anak ketiga yaitu Komang dan Nyoman; dan anak keempat yaitu Ketut.
Berita Terkait
-
Kebijakan Sampah di Bali Tuai Protes: Larangan Minuman Kemasan Ancam Industri Daur Ulang?
-
Pemprov Bali Disarankan Belajar Kelola Sampah dari India, Adupi: Kebijakan Melarang Bukan Solusi
-
Nikmati Perjalanan Seru di Bali dengan Quad Bike
-
Berniat Rayakan Galungan di Bali: 3 Aktivitas Ini Bikin Kamu Makin Dekat dengan Budaya Lokal
-
Liga 1: Dewa United Bertekad Gagalkan Misi Bangkit Bali United, Mampukah?
Terpopuler
- Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
- Agama Titiek Puspa: Dulu, Sekarang, dan Perjalanan Spiritualnya
- Lisa Mariana Ngemis Tes DNA, Denise Chariesta Sebut Tak Ada Otak dan Harga Diri
- 6 Perangkat Xiaomi Siap Cicipi HyperOS 2.2, Bawa Fitur Kamera Baru dan AI Cerdas
- Kang Dedi Mulyadi Liburkan PKL di Bandung Sebulan dengan Bayaran Berlipat
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-17 Siaga! Media Asing: Ada yang Janggal dari Pemain Korut
-
Profil CV Sentosa Seal Surabaya, Pabrik Diduga Tahan Ijazah Karyawan Hingga Resign
-
BMKG Bantah Ada Anomali Seismik di Bogor Menyusul Gempa Merusak 10 April Kemarin
-
6 Rekomendasi HP Rp 4 Jutaan Terbaik April 2025, Kamera dan Performa Handal
-
5 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Snapdragon, Performa Handal Terbaik April 2025
Terkini
-
Nasi Tepeng Bali, Menu Sarapan Nasi Lembek yang Membuat Banyak Turis Penasaran
-
Politisi Gerindra Kritik SE Larangan Air Minum Kemasan Plastik di Bali, Bagaimana Solusinya?
-
Diejek Jelek & Tak Ideal, Model Bali Ini Buat Perundungnya di Masa Lalu Menyesal
-
23 Persen Sampah di Bali Dibuang Sembarangan, Diduga Jadi Penyumbang Sampah Laut
-
Mewahnya Hotel Tempat Luna Maya Dan Maxime Gelar Pernikahan di Ubud, Akomodasi Full Sampai 3 Hari