SuaraBali.id - Nakhoda kapal wisata dan nakhoda kapal lainnya di Labuan Bajo diminta untuk mewaspadai jarak pandang yang terbatas dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Menurut Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Labuan Bajo saat ini arus dan gelombang di Labuan Bajo normal namun debu membuat jarak pandang berpengaruh.
"Pada saat ini arus dan gelombang di Labuan Bajo masih dalam kondisi normal, tetapi kemarin karena debu erupsi visibilitasnya menurun tapi masih normal untuk pelayaran," kata Kepala KSOP Kelas III Labuan Bajo Stephanus Risdiyanto di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (11/11/2024).
Para Nahkoda kapal dan nelayan telah diberitahukan soal hal ini melalui Notice to Mariners (NtM) atau pemberitahuan kepada nakhoda kapal yang dikeluarkan pada 10 November 2024.
Baca Juga: Jumlah Pengungsi Akibat Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki Capai 2.472 Orang
Adapun surat tersebut ditujukan kepada kapal-kapal yang berlayar di perairan Labuan Bajo dan Perairan Taman Nasional Komodo (TNK).
"Imbauan masih berlaku karena kita tidak tahu kapan gunung meletus dan angin yang berubah arah," ujarnya.
Ia juga meminta nakhoda untuk memastikan kelaiklautan kapal dan berlindung jika cuaca buruk.
"Apabila nanti visibilitas sudah sangat terbatas, maka disarankan kapal-kapal dapat berlabuh jangkar, ditunggu sampai jarak pandang normal biasanya kalau sudah turun hujan normal kembali, tetapi jika nanti terlalu padat dan jarak pandang terlalu dekat maka KSOP akan memberikan larangan kapal-kapal untuk berlayar," katanya.
Berdasarkan data RGB citra satelit pada pukul 14.00 Wita menunjukkan saat ini sebaran abu vulkanik tidak berada di ruang udara Manggarai Barat.
Baca Juga: Bandara Komodo Labuan Bajo Dibuka Lagi, Dipastikan Aman dari Debu Vulkanik
"Arah pergerakan abu vulkanik menuju ke barat daya-barat laut," katanya.
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki masih terus terjadi hingga Senin (11/11) pagi. Berdasarkan laporan dari Pos Pemantau Gunung Lewotobi Laki-Laki terakhir erupsi terjadi pada pukul 07.36 WITA dengan ketinggian kolom abu mencapai kurang lebih 2.000 meter di puncak gunung. (ANTARA)
Berita Terkait
-
Jelang Musim Hujan dan Natal, Pemerintah Segera Bangun Huntara Bagi Korban Erupsi Lewutobi
-
Tak Akan Kehilangan Hak Pilih, Mendagri Bangun TPS Khusus di Posko Pengungsian Erupsi Lewotobi Laki-laki
-
Liburan ke Labuan Bajo Makin Mudah! ASDP Sediakan Rute Feri ke Pulau Rinca & Destinasi Lainnya
-
Erupsi Lewotobi: Perjuangan dan Harapan Warga untuk Bangkit
-
Sekolah Beralih Jadi Pos Pengungsian Lewotobi, Semangat Siswa-Siswi Jadi Sukarelawan
Terpopuler
- Kejanggalan LHKPN Andika Perkasa: Harta Tembus Rp198 M, Harga Rumah di Amerika Disebut Tak Masuk Akal
- Marc Klok: Jika Timnas Indonesia Kalah yang Disalahkan Pasti...
- Niat Pamer Skill, Pratama Arhan Diejek: Kalau Ada Pelatih Baru, Lu Nggak Dipakai Han
- Datang ke Acara Ultah Anak Atta Halilintar, Gelagat Baim Wong Disorot: Sama Cewek Pelukan, Sama Cowok Salaman
- Menilik Merek dan Harga Baju Kiano saat Pesta Ulang Tahun Azura, Outfit-nya Jadi Perbincangan Netizen
Pilihan
-
5 HP Samsung Rp 1 Jutaan dengan Kamera 50 MP, Murah Meriah Terbaik November 2024!
-
Profil Sutikno, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta yang Usul Pajak Kantin Sekolah
-
Aliansi Mahasiswa Paser Desak Usut Percobaan Pembunuhan dan Stop Hauling Batu Bara
-
Bimtek Rp 162 Miliar, Akmal Malik Minta Pengawasan DPRD Terkait Anggaran di Bontang
-
Satu Orang Tarik Pinjaman Rp330 Miliar dengan 279 KTP di Pinjol KoinWorks
Terkini
-
BRI Raih Best API Initiative untuk Komitmen Hadirkan Solusi Perbankan Digital yang Inovatif dan Aman
-
NTB Uji Coba Makan Siang Gratis Untuk Murid SD, Seperti Ini Menunya
-
Visi Misi Cagub Bali Saat Debat Dinilai 'Daur Ulang', Frontier : Tak Ada Gagasan Baru
-
Bisnis Prostitusi Berkedok Spa Sampai ke Karangasem, Pekerjanya Bisa Hanya Dapat Rp 100 Ribu
-
Pria Italia Mendadak Jatuh di Restoran Dan Meninggal Dunia, Ngaku Sempat Terkena Sinar Matahari