Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 30 Maret 2024 | 19:46 WIB
Pengunjung menikmati karya seni dalam pameran lukisan bertajuk "Cover Up" di Taman Baca Kesiman, Jalan Sedap Malam, Kota Denpasar, Bali, Sabtu (30/3/2024) yang diinisiasi lima perupa dari Komunitas Pojok memanfaatkan bekas alat peraga kampanye (APK) Pilihan Umum (Pemilu) 2024. ANTARA/Naufal Fikri Yusuf

SuaraBali.id - Sebuah pameran seni Lukis bertajuk "Cover Up” digelar di Taman Baca Kesiman, Jalan Sedap Malam, Kota Denpasar, Bali. Uniknya pameran ini memanfaatkan alat peraga kampanye (APK) bekas Pemilu 2024 yang diinisiasi oleh para perupa dari Komunitas Pojok.

Pameran tersebut berlangsung selama tiga hari pada 29-31 Maret 2024.

Ide digelarnya pameran ini muncul dari banyaknya APK yang terbuang begitu saja tanpa manfaat pascapesta demokrasi lima tahunan.

"Tema besar yang diangkat dalam pameran ini adalah memparodikan situasi demokrasi yang terjadi dalam ritus lima tahunan di Indonesia," jelas Tian.

Baca Juga: 13 Tahun Berjuang Melawan Epilepsi, Nyoman Swangangga Ingin Anaknya Sembuh

Para perupa Komunitas Pojok tersebut merespons APK bekas sehingga menjadi karya seni yang bisa dinikmati banyak orang.

Para seniman menangkap suasana Pemilu 2024 dari berbagai perspektif yang bisa menggugah para pengunjung.

Adapun komunitas tersebut sudah berumur 24 tahun yang beranggotakan Slinat, Bob Trinity, Wild Drawing, Mister(ious) X, dan Space Kingkong.

Tak hanya memanfaatkan baliho bekas yang besar, mereka juga menggunakan baliho berukuran kecil yang akan dilelang pada hari kedua pameran.

Selain itu pameran tersebut diisi ragam kegiatan seni yang melibatkan para seniman lainnya.

Baca Juga: Rumput Bergoyang di Jalan Bikin Penasaran, Ternyata Isinya Hewan Besar Ini

"Ada performance art dari Wasudewa disusul tur baliho dipandu oleh Savitri yang bertindak sebagai kurator. Musik akustik oleh Bus Marlet feat The Iweng dan tunes oleh Gilang Propagila," kata Tian.

Hari kedua diadakan lelang karya dan dimeriahkan oleh pertunjukan musik dari Crysist, The Tipat Dampuls dan Apel. Hari terakhir yang merupakan penutupan pameran akan dimeriahkan dengan musik dari Enggohoi dan Adikchrisna.

Salah satu seniman yang berpartisipasi dalam pameran itu DW menceritakan karya seni yang dihasilkannya mengisahkan parodi dalam demokrasi. Karyanya mengangkat sisi buruk dari para kontestan pemilu yang banyak menjanjikan program kerja kepada masyarakat, namun kemudian ketika terpilih banyak yang mengingkari janji.

Dirinya mengaku menghasilkan karya seni pada APK bekas memiliki banyak tantangan terutama terkait kondisi material APK itu sendiri.

"Permukaannya itu beda sama kain kanvas dan catnya tidak resap karena bahannya plastik, susah kering. Kendala cuaca juga, cuaca sekarang tidak menentu, kadang hujan kadang tidak," katanya.

Lelang karya seni yang dihasilkannya pada pameran tersebut dibanderol dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas.

"Kalau kita khusus untuk hari ini kita mulai lelang dari angka Rp500.000, itu sudah jauh di bawah harga biasa kita jual. Untuk kualitas bahannya juga kita tidak berani ambil yang tinggi karena dari baliho bekas," katanya. (ANTARA)

Load More