Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Rabu, 13 Maret 2024 | 14:32 WIB
Ilustrasi - Mebuug-buugan [kuta.badungkab.go.id]

SuaraBali.id - Usai bergembira merayakan Hari Raya Nyepi, Umat Hindu di Bali rupanya masih memiliki tradisi yang cukup unik, yaitu berkotor-kotoran.

Iya,kegiatan berkotor-kotoran ini di Bali masih bisa menjadi sebuah tradisi, masyarakat sekitar biasa menyebutnya dengan Mebuug-Buugan.

Melansir dari laman Kabupaten Badung, tradisi Mebuug-Buugan ini adalah tradisi di Desa Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung.

Biasanya tradisi Mebuug-Buugan ini digelar usai perayaan Hari Nyepi dengan cara perang lumpur atau mandi lumpur.

Baca Juga: Ngaku Baru 2 Bulan di Bali, Pria Ini Hendak Cari Bensin Saat Nyepi

Tradisi ini dinamakan Mebuug-Buugan berasal dari kata ‘Buug’ yang artinya tanah atau lumpur. Sehingga Mebuug-Buugan berarti interaksi dengan menggunakan tanah atau lumpur.

Dalam hal ini manusia divisualisasikan sebagai tanah atau lumpur sebagai wujud Bhuta Kala (roh jahat). Kotoran yang melekat pada manusia itulah yang dibersihkan, sehingga tujuan tradisi ini untuk menetralisir dari hal-hal atau sifat buruk.

Peserta dalam perang lumpur ini adalah laki-laki dan peremuan dari semua lapisan usia. Mereka berperang dengan menggunakan lumpur dan saling melempar.

Meski terlihat bermusuhan karena saling melempar lumpur, namun suasana saat melakukan tradisi ini sangat ceria, sehingga kebersamaannya bisa dirasakan.

Setelah perang lumpur selesai, para peserta berjalan Bersama membersihkan diri menuju pantai berpasir putih di sisi barat Desa Kedonganan.

Baca Juga: Bukannya Seram, Ogoh-ogoh Naik Jeep Ini Malah Disebut Lucu

Tradisi Mebuug-Buugan ini sebenarnya sudah lama tidak ada, hampir 60 tahun. Namun mulai nyepi tahun lalu Kembali dihidupkan.

Masyarakat setempat berharap agar tradisi ini bisa menjadi daya Tarik pariwisata di kawasan tersebut.

Kontributor : Kanita

Load More