Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 24 November 2023 | 20:02 WIB
Tradisi Nyaagang di Klungkung, Bali [Net]

SuaraBali.id - Setiap daerah di Bali memiliki tradisi yang masih terus dilestarikan sampai sekarang. Seperti di Klungkung, Bali, yang masih terus melestarikan tradisi Nyaagang.

Pernah mendengar sebelumnya?

Melansir dari laman Kemdikbud Nyaagang merupakan tradisi masyarakat di beberapa desa di Klungkung, seperti Desa Tojan dan Desa Adat Gelgel Klungkung Bali.

Tradisi ini adalah rangkaian upacara pada Hari Raya Kuningan dan diyakini sebagai jalan untuk mengantarkan roh para leluhur kembali ke alam nirwana (surga).

Baca Juga: Be Jair Nyat-nyat, Ikan Khas Bangli yang Jadi Favorit

Nyaagang biasanya dilakukan pada siang hari menjelang pukul 12.00 siang. Tradisi ini sudah menjadi tradisi leluhur yang berjalan dari dulu kala secara turun menurun sampai saat ini.

Tepat di Hari Raya Kuningan, masyarakat sekitar di masing-masing rumah menyelenggarakan ritual/upacara Nyaagang ngeluarang digang atau di depan pintu rumah dengan menghaturkan sesajen penganan lengkap.

Dalam tradisi Nyaagang sesajen yang dihaturkan berupa banten tipat ajengan, disertai ajengan lebeng matah seperti urutan, buah-buahan atau woh-wohan.

Menariknya, setelah ritual Nyaagang ini selesai dilakukan, seluruh keluarga langsung makan bersama di tempat tersebut.

Hal ini sebagai wujud kebersamaan dan kedamaian dalam sebuah keluarga, meski mereka telah ditinggalkan ke alam nirwana namun tetap rukun dan bahagia.

Baca Juga: Kepanikan Masyarakat Berimbas Menipisnya Stok VAR di Bali, Kini Harus Ikuti Protap

Menurut kepercayaan Hindu Bali, ritual ini dimaknai mengantar roh leluhur ke alam keabadian dengan memberikan bekal terakhir mereka selama mereka dimaknai menunggui keturunannya selama Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Sementara itu menurut lontar Sundarigama, ketika puncak kemenangan dharma melawan adharma, dimaknai dengan turunnya Ida Bhatara-Bhatari yang datang memberikan berkah dalam bentuk kesejahteraan kepada para keturunannya yang masih hidup.

Kontributor: Kanita Auliyana Lestari

Load More