Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Senin, 20 November 2023 | 14:00 WIB
Ilustrasi Bayi (unsplash)

SuaraBali.id - Kepercayaan umat Hindu Bali akan orang-orang dengan kondisi terlahir Melik masih terus memunculkan dua pendapat.

Ada yang memaknai sebagai hal positif karena dianggap istimewa, namun masih banyak juga yang melihatnya negatif lantaran membawa musibah.

Semuanya memang tidak lepas dari kepercayaan masing-masing. Namun hal ini sebenarnya tidak perlu ditakuti, pasalnya kondisi Melik ini dipercaya dapat diruwat atau dilakukan Upacara Pebayuhan.

Sebelum membahas lebih jauh, apakah kalian tahu bagaimana sebenarnya ciri-ciri orang yang terlahir dengan kondisi melik ini?

Baca Juga: Fenomena Melik Bagi Umat Hindu Bali, Benarkah Berhubungan Dengan Mistis?

Dilansir dari berbagai sumber, konon tubuh orang-orang yang terlahir dengan kondisi melik ini jika dilihat secara sekilas sama dengan orang pada umumnya.

Namun ada beberapa ciri khas yang mungkin tidak bisa ditemui ditubuh orang pada umumnya, seperti contohnya:

1.       Orang-orang melik lahir dengan keadaan badannya terlilit tali plasenta beberapa kali putaran.

2.       Saat berusia 2 tahun, rambut di kepala orang melik ini terlihat kusut.

3.       Kepalanya biasanya memiliki pusaran (usehan) 3 atau bahkan lebih.

Baca Juga: Memahami Konsep Karmaphala di Agama Hindu

4.       Lidah orang melik ini biasanya poleng atau berwarna hitam/coklat.

5.       Di bagian kemaluannya terdapat tahi lalat yang berukuran lumayan besar.

Konon, menurut ajaran Agama Hindu, orang-orang melik dipercaya dapat melihat hal-hal gaib atau makhluk tak kasat mata.

Hal inilah yang kerap dihubungkan, orang melik adalah orang yang spesial dan memiliki satu kelebihan dibanding orang-orang yang lahir di hari biasa.

Sampai saat ini masih banyak orang, khususnya umat Hindu yang telah melakukan prosesi pebayuhan nebus melik. Namun hal ini kembali lagi pada keyakinan masing-masing.

Dalam ruwatan atau pebayuhan ini dijabarkan menjadi 2 macam, yakni ruwatan alit yang dimaksudkan untuk manusia dan ruwatan Agung yang dimaksudkan untuk alam.

Kontributor: Kanita Auliyana Lestari

Load More