SuaraBali.id - Kertha Gosa merupakan bangunan berbentuk bale, yang konon menjadi cagar budaya Bali. Kertha Gosa ini adalah peninggalan budaya Kerajaan Semarapura Klungkung.
Secara administrasi, Kertha Gosa terletak di Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Lokasinya tepat ditengah-tengah Kota Semarapura.
Selain itu juga berdekatan dengan Museum Klungkung, Puri Klungkung, Kantor Bupati Klungkung dan Pasar Tradisional Klungkung.
Melansir dari laman Kemdikbud, menurut sejarahnya, Kertha Gosa ini merupakan tempat pembahasan segala sesuatu yang berkaitan dengan situasi keamanan, kemakmuran serta keadilan wilayah Kerajaan Bali.
Baca Juga: Makna Dan Maksud dari Pohon di Bali yang Bersaput Poleng
Semasa kerajaan, Balai Kertha Gosa ini dijadikan sebagai tempat sidang raja-raja yang berasal dari seluruh Bali.
Sidang tersebut diadakan setiap purnama keempat dalam satu tahunnya. Dalam momen sidang itu para raja memberi penghargaan serta keputusan berdasarkan pertimbangan keadaan dan kebutuhan.
Setiap harinya Balai Kertha Gosa digunakan sebagai tempat ngaturang pemijian (bersantap) bagi para bhagawanta (pendeta istana) dan para pendeta lainnya yang ketika itu sedang menghadap raja.
Bangunan berbentuk Bale ini bagian dari bangunan komplek kraton atau Puri Semarapura dan telah dibangun sejak Tahun 1686.
Kertha Gosa dibangun oleh peletak dasar kekuasaan dan pemegang tahta pertama Kerajaan Klungkung, yaitu Ida I Dewa Agung Jambe.
Baca Juga: Kabar Artis Asal Bali Ida Ayu Kadek Devie, Jadi Ibu 3 Anak Dan Istri Polisi
Namun, setelah keraton jatuh akibat perang Puputan melawan Belanda pada 28 April 1908, Balai Kertha Gosa mulai beralih fungsi.
Sejak saat itu hingga berakhirnya pemerintahan Belanda, Balai Kertha Gosa menjadi Balai Pengadilan Adat. Setiap orang yang berperkara menyangkut pertikaian berkenaan dengan adat dan agama, disidangkan dan diputuskan di Balai Kertha Gosa.
Bangunan Cagar budaya ini terbilang cukup unik, lantaran plafon atau langir-langitnya dihiasi dengan lukisan tradisional gaya kamasan (desa di Klungkung) atau gaya wayang yang sangat populer di kalangan masyarakat Bali.
Awalnya lukisan tersebut terbuat dari kain dan parba. Namun pada 1930 diganti di atas eternity dan direstorasi sesuai dengan gambar aslinya.
Kertha Gosa kini menjadi objek wisata dan salah satu tempat sejarah yang cukup populer. Bahkan Kertha Gosa menjadi tempat wisata favorit di Klungkung, Bali yang tak pernah sepi pengunjung.
Kontributor: Kanita Auliyana Lestari
Berita Terkait
-
Berwisata di Pantai Melasti Bali, Surga Tersembunyi di Balik Batuan Kapur
-
Pantai Tegal Wangi, Menikmati Keindahan Bali yang Tersembunyi secara Gratis
-
Jadi Pengendali Narkoba di Bali, Bareskrim Ciduk WNA Ukraina yang Kabur ke Thailand
-
Enaknya Mbak Lala Diajak Raffi Ahmad Liburan ke Bali usai Wisuda, Harga Sewa Hotel Gak Main-Main!
-
Pantai Gunung Payung, Opsi Tempat Wisata Alam untuk Tahun Baruan di Bali
Terpopuler
- STY Ancam Rizky Ridho: Kamu Nggak Bakal Saya Mainkan!
- Kimberly Ryder Baru Sadar Edward Akbar NPD Usai Cerai
- Daftar 4 Artis Indonesia Peluk Kristen Pulang Umrah, Termasuk Paman Ivan Gunawan hingga Lukman Sardi!
- Reaksi Guru Kiano saat Peluk Paula Verhoeven Disorot: Tanpa Kata...
- Gibran Terciduk Ulangi Kesalahan Penggunaan 'Para', Warganet: Beneran Nggak Ngerti atau Sengaja?
Pilihan
-
Beras Impor Bakal Kena PPN 12 Persen, Ini Perbandingan Harganya Beras Lokal
-
Heboh Wasit FIFA Pimpin Laga Tarkam Indonesia, Disuguhi Aksi Pemain Adu Pukul
-
Ayah dan Anak Ditangkap Usai Serang Wakar Kapal Hingga Tewas
-
Akademisi Soroti Kemiskinan Ekstrem di Bontang: Gagalnya Pendidikan dan Pemberdayaan
-
Longsor dan Terbelah Dua, Jalan Poros Menuju IKN Tak Bisa Dilintasi Kendaraan Berat
Terkini
-
AJI Denpasar Berkomitmen Mendampingi Jurnalis Perempuan yang Alami Kekerasan Seksual
-
Tips Menonaktifkan Aksesibilitas di Smartphone agar Mobile Banking BRImo Lebih Nyaman Digunakan
-
Pria di Bali Dipukuli 4 Kali Tanpa Alasan Jelas Oleh Pemotor Tak Dikenal
-
Natal dan Tahun Baru 2024: Kapolri Waspadai Teror, Macet, dan Cuaca Ekstrem
-
Masyarakat Diminta Batasi Penggunaan Petasan Dan Kembang Api Selama Nataru