Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 27 Oktober 2023 | 17:03 WIB
Ilustrasi Densus 88 Antiteror Mabes Polri. [ANTARA]

SuaraBali.id - Penangkapan tiga terduga teroris oleh Densus 88 Antiteror Mabes Polri di di Desa Rumak, Kecamatan Kediri, Lombok Barat, Senin (23/10/2023) menjadi sorotan.

Terlebih kini diketahui bahwa salah seorang terduga teroris itu adalah aparatur sipil negara (ASN) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB.

Masih ditemukannya terduga teroris di NTB diduga adanya pendekatan secara pribadi yang dilakukan kepada sasaran. Masyarakat diminta untuk tidak cepat tergiur oleh janji-janji manis.

Tokoh agama sekaligus Ketua MUI NTB, Prof. H. Saiful Muslim mengatakan ada janji-janji manis pasti yang diiming-imingkan kepada sasarannya. Seperti informasi yang didapatkan, janji yang diberikan biasanya jalan untuk masuk surga.

Baca Juga: Sirkuit Mandalika Tak Dimasukkan Jadi Tuan Rumah WSBK Musim Depan

"Ini kurangnya pengetahuan agama mereka-mereka yang terpapar ini. Kalau punya pengetahuan agama yang bagus saya rasa tidak mudah diajak untuk itu," katanya Kamis (26/10/2023) pagi kepada Suarabali.id.

Menurutnya jangan terlalu fanatik apalagi tidak terlalu mengerti yang diikuti. Jika ada ajakan seperti itu, mantan Rektor IAIN Mataram ini meminta agar tidak diterima begitu saja.

"Kalau ada ajakan bisa berdiskusi dengan orang taunya, gurunya atau siapa kalau dia siswa ya. Kita bisa berpikir berkali-kali kalau ada yang menjanjikan surga," ujarnya.

Ia juga mengingatkan agar tidak membuat keputusan sendiri tanpa harus berdiskusi terlebih dahulu. Melalui diskusi dengan orang tua atau guru akan ada pertimbangan yang diberikan sebelum mengambil keputusan.

"Kalau di rumah minta pertimbangan orang tua. Kalau ada ajakan yang aneh-aneh tinggal dikomunikasikan sama guru," sarannya.

Baca Juga: Dalam Dua Pekan Harga Cabai di Mataram Naik dari Rp 25 Ribu Jadi 60 Ribu

Masih adanya terduga teroris yang ditangkap di NTB, Prof. Muslim menegaskan bukan menjadi indikator bahwa paham radikal bisa cepat masuk. Hanya saja, masyarakat masih menganggap semuanya baik.

"Kalau orang bicara agama itu dianggap baik. Masih huznudzon. Kalau ada yang mengajak kebaikan kan siapa yang tidak mau," ujarnya.

Untuk mengantisipasi penyebaran paham radikal yang cukup masif, masyarakat diminta untuk mengetahui latar belakang orang yang mengajak. Ia juga mengingatkan kepada semua masyarakat terutama para generasi baru untuk lebih banyak bertanya dan meminta pertimbangan jika ada ajakan.

"Itu perlu diwaspadai. Konsultasi dulu dengan orang tua. Orangtua perlu diingatkan agar menjaga anak-anak. Komunikasi antar anak dan orang tua harus lebih dekat lagi. Komunikasi dua arah itu harus terbangun," tegasnya.

Sementara itu, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) NTB TGH. Muhammad Subki Sasaki mengatakan ajaran pendidikan agama yang harus diberikan kepada peserta didik harus sesuai dengan islam yang rahmatan lilalamain.

"Islam yang berkebangsaan, islam yang berkebudayaan, islam yang berkeIndonesiaan seperti itu," ujarnya.

Ia berujar bahwa paham radikal akan cepat masuk kalau tidak ada langkah antisipasi yang dilakukan. Sehingga harus ada langkah antisipasi agar paham-paham yang tidak sesuai cepat diterima.

"Seluruh kita tentu waspada dari tetangga, keluarga dan masyarakat luas," tutupnya.

Kontributor : Buniamin

Load More