Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Rabu, 02 November 2022 | 13:05 WIB
Suasana pengemasan dupa Saraswati 108. [istimewa/beritabali.com]

SuaraBali.id - Seorang pengusaha dupa asal, Jembrana Bali bernama I Kade Joni Asmara Adiputra menceritakan kiat-kiatnya membangun bisnis dupa dari toko kecil hingga kini merambah ekspor ke Amerika Serikat.

Dupa yang diproduksi Joni Asmara bermerek Saraswati 108. Awalnya hanya dijual di rumah kos dan toko perlengkapan sarana sembahyang umat Hindu, namun kini dupanya sudah diekspor 7 ton ke negeri Paman Sam, Amerika Serikat.

Ia merintis usahanya ini seteah orang tuanya pensiun dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) tahun 2009. Dimana saat itu orangtuanya ingin memiliki keinginan untuk dibuatkan toko untuk kegiatan pascapensiun.

Namun saat itu Kadek Joni sedang bekerja di luar negeri pada kapal pesiar. Setelah kembali dari bekerja, ia pun membuat usaha kecil-kecilan, salah satunya membuat rumah kos dan toko perlengkapan sarana sembahyang.

Baca Juga: Kecanggihan Mobil Listrik Khusus KTT G20 Bali, Ada yang Harganya Lebih dari Rp 1 Miliar

Awalnya usaha ini dilakukan orangtua Joni hingga 8 bulan. Namun setelah dikalkulasi dan dievaluasi usaha tersebut tidak berjalan dengan baik.

Hal ini karena orangtua Joni yang belum memahami sistem berbisnis karena sebelumnya belum pernah melakoni pekerjaan semacam itu.

"Awal itu masih menjual dupa hasil produk orang lain, yang dipasok dari kota Denpasar. Seiring berjalan waktu justru produk orang lain semakin kurang laku. Justru dupa hasil olahan sendiri yang semakin laku dan bertambah. Otomatis omzet penjualan naik karena banyaknya permintaan konsumen," ungkapnya, Selasa (1/11/2022) sebagaimana dilansir beritabali.com – jaringan suara.com.

Pada tahun 2012, ia mulai dengan mencoba membuat dan mengemas produk dupa Saraswati di rumah sendiri yang saat itu membeli bibit dupa kemudian diberikan aroma pewangi dikemas sendiri dalam bentuk kemasan.

Ia juga mencantumkan label Dupa Saraswati karena toko saat itu bernama Saraswati dan ditambahkan kode 108.

Baca Juga: Demi Citra Bali di Mata Dunia, Anjing Liar di Kawasan KTT G20 Pun Disasar

Menurutnya angka 108 tersebut memiliki makna yaitu kode sakral dalam kepercayaan umat Hindu di Bali.

Jika dijumlahkan angka 1+0+8 menghasilkan nilai 9 yang merupakan angka tertinggi dalam kepercayaan Hindu dimana perwujudan kekuatan dari angka 9 merupakan penjuru mata angin.

Kode inilah yang kemudian terkenal dengan merek dupa Saraswati 108 dan nama Toko Saraswati 108.

Kini toko dupa Saraswati 108 sudah ada di dua lokasi bahkan sudah mempunyai toko sendiri. Hal ini karena dupa merupakan sarana perlengkapan upacara yang memang dibutuhkan untuk sarana dan prasarana sembahyang. Bahkan setiap upacara tidak lengkap jika tanpa menggunakan dupa.

Hasilnya luar biasa, saat ini usahanya mampu meraup omzet Rp4 miliar sebulan dan usahanya kian hari ditekuni dan terus dikembangkan.

"Produksi kini sudah merambah ekspor sekitar 7 ton yang dipesan ke Amerika. Yang fungsi dupa selain untuk persembahyangan dan terapi atau yoga, aroma yang justru lebih menenangkan untuk berpikir dan aroma tak begitu menyengat. Karena dupa Saraswati tanpa menggunakan zat kimia yang murni bahan alami," terang Joni Asmara Adi Putra yang juga aktif di dunia otomotif dan partai Golkar.

Joni pun memberi pesan kepada anak muda bahwa apapun yang dikerjakan haruslah ditekuni dengan modal uang dan bakat. 

Tanpa ketekunan, usaha itu takkan berarti. Modal usaha bisa didapat dari hasil kerja dari kapal pesiar atau meminjam. Selain itu utang dagang dan utang bank.

"Maka dalam usaha jangan takut untuk berutang, akan tetapi harus tepat dan cermat sebagai modal usaha. Kini buah ketekunannya, ia mampu menghidupi karyawan yang berjumlah 200 orang lebih.

Semua adalah karyawan dari Jembrana yang didominasi 60 persen adalah perempuan.

Load More