Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Kamis, 27 Oktober 2022 | 15:15 WIB
Petugas memasang papan informasi penunjuk kecepatan maksimal di jalur menuju area pit lane Pertamina Mandalika International Street Circuit, di Lombok Tengah, NTB, Kamis (17/3/2022). ANTARA FOTO/Andika Wahyu

SuaraBali.id - Tingkat pemesanan hotel oleh penonton kegiatan balap motor dunia Wold Superbike (WSBK), yang 11-13 November 2022 di Sirkuit Mandalika masih di bawah 10 persen.

Padahal gelaran WSBK Mandalika itu hanya kurang 2 minggu lagi.

"WSBK tinggal dua minggu lagi, tapi pemesanan hotel (oleh penonton WSBK) di Kota Mataram masih di bawah 10 persen," kata Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM) Yono Sulistyo di Mataram, NTB, Kamis (27/10/2022).

Apa yang terjadi saat ini sangat berbeda dengan kegiatan WSBK 2021 dan MotoGP pada Maret 2022.

Baca Juga: Percantik Lintasan Untuk WSBK, Bahan Aspal Sirkuit Mandalika Didatangkan dari Luar Negeri

Dimana sebelumnya, semua hotel di Kota Mataram sudah penuh dipesan penonton dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara.

"Sedangkan, WSBK 2022, sampai sekarang belum ada kelihatan indikasi peningkatan pemesanan hotel," katanya.

Soal kondisi ini ia mengharapkan pemerintah pusat meramaikan serta melakukan sosialisasi terhadap kegiatan internasional tersebut melalui BUMN, Kementerian Pariwisata, dan kementerian lain yang terkait.

"Para pejabat-pejabat di kementerian pemerintah pusat harus hadir di Lombok menyaksikan WSBK, agar event ini lebih menggaung dan bisa menarik banyak penonton," katanya.

Ia mengakui bahwa WSBK masih di bawah MotoGP secara kelas. Akan tetapi bila pemerintah pusat ikut serta meramaikan kegiatan ini, diyakini penonton juga akan tertarik dan akhirnya bisa berdampak pada tingkat hunian hotel.

Baca Juga: Soal Pasal Perzinaan di RKUHP, Ketua Gili Hotels Association Khawatir Jadi Persoalan Baru

"Kalau hanya mengandalkan masyarakat yang datang, saya rasa masih berat. Saat WSBK 2021, masyarakat banyak hadir karena mungkin penasaran dengan kondisi sirkuit sehingga antusias warga saat itu tinggi. Tapi, sekarang sudah turun," katanya.

Yono sendiri menyebut tarif hotel saat ini masih stabil dan bahkan sebagian sudah diturunkan dari tarif resmi.

Misalnya, tarif resmi hotel Rp1 juta, kini turun menjadi Rp500 ribu sampai Rp600 ribu.

"Tarif hotel tergantung permintaan dan penyediaan hotel yang ada. Tapi, kondisi sekarang ini kita di bawah tarif resmi," katanya.

Yono juga menyebut bahwa okupansi hotel di Kota Mataram saat ini tercatat sekitar 60-65 persen dan kondisi itu sudah termasuk kategori bagus.

"Jika okupansi hotel 40 persen, kita hanya bisa untuk membayar biaya operasional," katanya.

Adapun 60-65 persen okupansi hotel itu rata-rata merupakan wisatawan domestik yang melaksanakan kegiatan MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition), dan kegiatan perusahaan.

"Sedangkan, wisatawan lokal biasanya datang setiap akhir pekan, mulai Jumat-Minggu," katanya. (ANTARA)

Load More