Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 21 September 2022 | 08:16 WIB
Atraksi pecut oleh Sasana Pecut Badeng pada peringatan puputan badung pada Selasa (20/9/2022) [suara.com/Putu Yonata Udawananda]

SuaraBali.id - Sebelas pemain pecut dari Sasana Pecut Badeng menampilkan atraksi senjata pecut (cambuk). Satu per satu pemain pecut memperlihatkan kelihaiannya memainkan pecut.

Seperti membelah mentimun dengan pecut. Penampilan tersebut turut mengawali peringatan Puputan Badung ke-116 di Simpang MH Thamrin pada Selasa (20/9/2023).

Ini merupakan kali pertama atraksi pecut badeng ditampilkan pada peringatan Puputan Badung. Penglingsir Puri Pemecutan sekaligus ketua panitia kegiatan, Anak Agung Ngurah Putra Darmanuraga menyebut dirinya ingin membangkitkan kembali budaya seni pecut Bali.

“Saya anggap sebagai suatu langkah awal (untuk membangkitkan pecut). Kok sekian tahun Puri (Pemecutan) sudah ada, kok baru sekarang saya berniat membuat pasukan pecut. Saya anggap itu alam berbicara,” tuturnya.

Baca Juga: Nyoman Wara, Pria Kelahiran Karangasem, Bali Kandidat Kuat Pimpinan KPK

Ia menuturkan bahwa pecut memiliki makna sebagai pengendali. Karena penting bagi pemecut untuk mengendalikan diri dan lawan yang dihadapi.

Dari keinginan itulah Darmanuraga membentuk Sasana Pecut Badeng. Sebuah sanggar pelatihan pecut bagi anak-anak SD hingga dewasa yang berdiri sejak 7 bulan lalu.

Nama Pecut Badeng yang berarti cambuk hitam lahir dari kata "Badung”. Melambangkan Kerajaan Badung tempat pecut dulu digunakan sebagai senjata.

Dari nama tersebut juga, warna kebesaran hitam selalu menjadi identitas bagi Sasana Pecut Badeng dan Puri Pemecutan.

Warna hitam tersebut merupakan lambang dari tanah hitam yang ada di sekitar area Pemecutan, yang kemudian dari kata 'badeng' menjadi cikal bakal nama Kerajaan Badung.

Baca Juga: Gegara Harga Tiket Pesawat Mahal, Pemulihan Pariwisata di Bali Masih Terhambat

Begitu juga saat tampil dalam atraksi tersebut, para pemecut tampil dengan kemeja, kamen, dan udeng hitam disertai saput berwarna tridatu (merah, putih, hitam) serta lengkap dengan pecut berwarna hitam.

Pelatih pecut profesional di Sasana Pecut Badeng, Alamsyah menjelaskan bahwa dirinya aktif dalam dunia cambuk profesional berterima kasih karena telah diajak bekerjasama dengan Puri Pemecutan untuk membentuk Sasana Pecut Badeng.

“Misi saya adalah untuk menghidupkan pecut seluruh Indonesia dan harus dimulai dari Bali. Karena menurut sejarah, pecut itu awalnya di Bali dari Patih Kebo Iwa barulah berkembang di Jawa,” ujar Alamsyah.

Dalam upaya tersebut, Alamsyah juga akan menggelar kejuaraan terbuka cambuk Indonesia pada Bulan Oktober nanti.

Aksi pecut yang ditampilkan dalam festival peringatan Puputan Badung tersebut mendapat sambutan yang antusias dari penonton. Sekaligus mengawali rangkaian festival tersebut. Dalam festival peringatan tersebut juga hadir Wali Kota Denpasar, IGN Jayanegara.

Kontributor : Putu Yonata Udawananda

Load More