SuaraBali.id - Seorang warga Ngada NTT tewas mengenaskan karena dibacok di Loka Ana Bhara (tempat seremonial adat makan leluhur) di Desa Ulubelu, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, NTT. Tragisnya kepala korban sampai terbelah jadi tiga.
Korban bernama Klemens Dhari (48), warga Kampung Sobo, Desa Sobo, Kecamatan Golewa Barat, Kabupaten Ngada.
Sebagaimana diwartakan Digtara.com – jaringan suara.com, orang yang tega membunuhnya secara sadis adalah Servatius Soro (47), warga Desa Ulubelu, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.
Diketahui belakangan bahwa pembunuhan sadis ini dipicu dendam lama antara korban dan pelaku.
Disebutkan bahwa masalah yang terjadi adalah internal Sa’o mereka yang belum diselesaikan secara baik atau secara kekeluargaan.
Sebelumnya pelaku menyatakan niatnya bahwa kalau ada yang berani masuk area loka (tempat seremonial adat makan leluhur) maka akan menanggung akibatnya. Hingga akhirnya peristiwa sadis itu terjadi.
Kasus ini sudah dilaporkan ke polisi berdasarkan laporan polisi nomor LP/B/52/IX/2022/NTT/Polres Ngada/Polsek Golewa.
Kronologis kejadian ini bermula ketika dua warga yakni Petrus Bate (72) dan Emanuel Lanu (36), warga Desa Ekoroka, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada berada di Sa’o Longa Ngeo menuju ke Loka Ena Bhara.
Mereka berdua bertujuan untuk membuat seremonial adat Ti’i Ka Ebu Nusi (memberi makan nenek moyang).
Baca Juga: Pihak Gereja Ungkap Keseharian Oknum Calon Pendeta yang Cabuli Belasan Anak di Alor
Di lokasi tersebut, Petrus dan Emanuel bertemu dengan pelaku dan Blasius Wene (47), warga Desa Ulubelu, Kecamatan Golewa, Kabupatem Ngada serta beberapa orang lainnya yang sedang duduk.
Lalu pelaku meminta mereka pulang dan melarang mereka melakukan ritual adat memberi makan leluhur di loka tersebut. Alasannya ritual adat tersebut sudah dilakukannya terlebih dahulu.
Petrus dan Emanuel langsung pulang dan batal melakukan ritual adat.
Namun dalam perjalanan, keduanya bertemu korban yang sedang menuju ke lokasi ritual dengan membawa jerigen warna putih berisikan minunan keras tradisional jenis moke putih dan membawa parang yang disarungi.
Saat itu Petrus dan Emanuel sudah melarang dan meminta korban pulang karena di lokasi Loka sudah digelar seremonial adat dan sudah memberi makan leluhur.
Akan tetapi korban berkeras hati dan tetap ke lokasi untuk memberi makan kepada leluhur di loka. Petrus dan Emanuel pun meneruskan perjalanan pulang ke rumahnya sedangkan korban berjalan menuju TKP.
Berita Terkait
-
Benarkah Sakit Hati Ditegur Jadi Motif Siswi SD Bunuh Ibu Kandung di Medan?
-
Geger Anak Bunuh Ibu Kandung di Medan, Pelaku Siswi SD Dikenal Ramah dan Berprestasi
-
Koleksi Perhiasan Tex Saverio Ini Dibuat Demi Masa Depan Anak-anak NTT
-
Tangan Terikat, Kaki Diseret di Aspal: Teka-teki Kematian Wanita Jaksel di Bogor
-
Jenazah Alvaro Kiano Nugroho Diserahkan Kembali ke Keluarga
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Batik Malessa, Dari Kampung Tipes Memberdayakan Perempuan dan Menggerakkan Ekonomi Keluarga
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu
-
5 Rekomendasi Penginapan Murah Meriah di Ubud Bali
-
7 Tempat Wisata Wajib Dikunjungi Saat Pertama Kali ke Bali