Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Rabu, 14 September 2022 | 14:37 WIB
Ilustrasi Kantong Korban Mutilasi - (Pexel)

Lalu pelaku meminta mereka pulang dan melarang mereka melakukan ritual adat memberi makan leluhur di loka tersebut. Alasannya ritual adat tersebut sudah dilakukannya terlebih dahulu.

Petrus dan Emanuel langsung pulang dan batal melakukan ritual adat.

Namun dalam perjalanan, keduanya bertemu korban yang sedang menuju ke lokasi ritual dengan membawa jerigen warna putih berisikan minunan keras tradisional jenis moke putih dan membawa parang yang disarungi.

Saat itu Petrus dan Emanuel sudah melarang dan meminta korban pulang karena di lokasi Loka sudah digelar seremonial adat dan sudah memberi makan leluhur.

Baca Juga: Pihak Gereja Ungkap Keseharian Oknum Calon Pendeta yang Cabuli Belasan Anak di Alor

Akan tetapi korban berkeras hati dan tetap ke lokasi untuk memberi makan kepada leluhur di loka. Petrus dan Emanuel pun meneruskan perjalanan pulang ke rumahnya sedangkan korban berjalan menuju TKP.

Di lokasi kejadian, korban terus melakukan niat untuk ritual adat sambil menantang ia tetap melakukan ritual walaupun dibunuh. Saat itu korban berkata demikian sambil mencabut parang dari sarungnya.

Setelah itu korban terus menuju ke arah samping pelaku dengan parang yang sudah dicabut.

Korban melewati pelaku. Kemudian pelaku langsung mengayunkan parang dari arah belakang yang mengenai kepala bagian belakang korban sehingga korban jatuh tersungkur ke arah depan dan terus menyerang kepala korban sampai terbelah menjadi tiga.

Melihat sadisnya kejadian tersebut, warga lain yang ada di lokasi kejadian, Blasius Wene langsung berlari ke Mapolsek Golewa dan melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Golewa.

Waka Polres Ngada, Kompol I Gede Sucitra, SH yang dikonfirmasi Rabu (14/9/2022) membenarkan kejadian ini.

Load More