Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Selasa, 13 September 2022 | 18:18 WIB
Ilustrasi kekeringan. (Shutterstock)

SuaraBali.id - Warga Dusun Toroh Selatan Desan Tanjung Luar, Kecamatan Keruak Lombok Timur (Lotim) mengeluhkan ketersediaan air bersih. Betapa tidak, untuk mendapatkan air bersih harus menggunakan sampan menuju ke luar desa guna mendapatkan air.

Jika tidak harus membeli satu tangki ukuran 1500 liter seharga Rp 65 ribu. Untuk air minum menggunakan air galon isi ulang dengan harga Rp 7 ribu.

Kondisi ini dirasakan masyarakat sudah cukup lama terlebih pada musim kemarau. Masyarakat setempat membuat sumur hanya keperluan mandi dan mencuci sebab air tawar karena berada di pesisir pantai.

Memang, adanya jaringan PDAM namun belum dapat berfungsi secara optimal.

Baca Juga: Uang Hanya Cukup Ganti Modal BBM, Nelayan Keruak Bingung : Enggak Dikerjakan Lapar

Inak Sakmah (70 tahun) mengeluhkan kondisi air bersih di lingkungannya. Sebab untuk mandi harus menimba air laut dan dimasukkan ke dalam bak mandi.

"Kalau minum beli galon harganya Rp 7 ribu", keluh Sakmah saat ditemui Suara.com, Selasa (13/9/2022).

Ia mengaku merasakan kekeringan sudah cukup lama. Solusinya jika musim penghujan bak dan ember ditaruh di halaman rumah dengan niatan menampun air yang nantinya dipergunakan untuk mencuci.

"Jam berapa pun hujan saya keluar taruh bak di luar", akunya.

Sedangkan warga lainnya, Ferawati (39 tahun) mengaku jika mandi menggunakan air sumur yang terasa asin. Tentunya rasanya di kulit lengket bahkan sabun yang dipergunakan pun tidak berbusa.

"Kalau butuh air minum gunakan sampan ke kampung sebelah, jika tidak ada air terpaksa minum air tawar,”akunya.

Ia pun bersama warga harus memesan air untuk mandi. Nantinya satu tangki atau satu tower berukuran 1500liter air seharga Rp 65 ribu. Air ini pun akan habis hingga dua sampai tiga hari.

"Kita perlu pesan itupun datangnya tiga atau empat hari", katanya.

Kepala Dusun (Kadus) Surman Sahroni mengatakan kesulitan yang diraskan masyarakat Dusun Toroh Selatan khususnya RT 1 sudah dirasakan sejak lama bukan hanya pada musim kering. Sebab memang tidak ada mata air, sumur-sumur yang dibuat masyarakat rasanya asin.

"Kurang air di Dusun ini khususnya RT I sudah dirasakan sejak lama", ujarnya.

Ia mengakui jika warganya harus merogoh gocek untuk membeli air galon isi ulang Rp 7 ribu. Sementara untuk kebutuhan MCK harus membayar Rp 65 ribu membeli air satu tower isi 1500 liter.

"Mereka pakai tiga sampai empat hari habis", katanya.

Sahroni berharap adanya solusi nyata yang diberikan pemerintah untuk menjawab kurang air di dusun ini. Sebab kekurangan air sudah dirasakan cukup lama.

"Hanya sekadar air, masalah bantuan sembako mereka tidak haus, hanya air,” jelasnya.

Kontributor : Toni Hermawan

Load More