SuaraBali.id - Demi memenuhi kebutuhan hidup, nelayan di pesisir Bali Barat tepatnya di Desa Pengambengan, Negara, Bali tetap melaut walau kondisi cuaca ekstrem. Hal ini terpaksa dilakukan karena mereka tidak punya kemampuan lain.
Seperti yang diungkapkan oleh nelayan sampan Poniman (54) Banjar Ketapang, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali.
Dalam sehari ia mengaku tak menentu kapan akan melaut. Namun ia bisa melaut sampai 3 kali. Hal itu pun tergantung faktor cuaca.
Namun di saat cuaca ekstrem seperti saat ini, ia hanya bisa menangkap ikan rata-rata 30 kg. Sedangkan jika musim normal bisa mencapai 1 kuintal bahkan sampai 500 kg.
"Hari ini bersyukur cuaca agak bersahabat sehingga hasil lumayan dengan kondisi sampan normal. Hari ini dapat jenis teribang, ikan biji nangka, ikan temukan, ikan muduk minyak, ikan kadalan, dan ikan cotek. Walau jenis tangkapan hari ini bukan ikan kelas tapi lumayan bisa untuk kebutuhan rumah tangga," tuturnya sebagaimana diwartakan beritabali.com – jaringan suara.com.
Menurut Poniman, dari semua jenis ikan tangkapannya untuk harga sekilo bisa mencapai Rp.10.000 sampai Rp.30.000. Dengan hasil tangkapan jaring kurang lebih bisa mencapai 30 kg.
Hasil ini juga dipakai biaya merajut jaring jika ada yang rusak atau harus diganti. Risiko nelayan jaring justru lebih parah, kata dia, karena jika total perbaikan jaring bisa mencapai Rp.850.000 dalam hitungan 1 set.
"Jika lengkap biaya perbaikan malah bisa mencapai Rp.8 juta," keluhnya.
Maka itu, lanjutnya, para nelayan jaring sampan harus jeli dan pandai dalam membuang jaring sehingga tidak merusak dan menyangkut di karang.
"Bulan Juli hingga bulan ini (September-red) justru cuaca buruk, hingga hanya bisa pasrah perbaiki jaring," katanya.
Terkadang, menurutnya, ia merasa terpaksa melaut walau kadang tidak mendapatkan hasil apapun.
"Bulan ini cuaca yang ekstrem sangat memprihatinkan membuat sulit melaut, sementara kebutuhan hidup meningkat," ujarnya.
Berita Terkait
-
55.200 Nasabah Telah Miliki Debit Card BTN Prospera dengan Total AUM Rp 10,6 Triliun
-
Raffi Ahmad Disorot Belum Setor LHKPN, Komisi III DPR: Harus Laporkan, Itu Konsekuensi Penyelenggara Negara
-
Melania Trump Tolak Tinggal di Gedung Putih, Pilih New York dan Florida
-
Perhitungan Kerugian Negara Rp300 Triliun Pada Kasus Korupsi Timah Kini Dipertanyakan
-
Perhitungan Kerugian Negara Rp 300 Triliun Dipertanyakan Saat Sidang Korupsi Timah
Terpopuler
- Vanessa Nabila Bantah Jadi Simpanan Cagub Ahmad Luthfi, tapi Dipinjami Mobil Mewah, Warganet: Sebodoh Itu Kah Rakyat?
- Reaksi Tajam Lex Wu usai Ivan Sugianto Nangis Minta Maaf Gegara Paksa Siswa SMA Menggonggong
- Kini Rekening Ivan Sugianto Diblokir PPATK, Sahroni: Selain Kelakuan Buruk, Dia juga Cari Uang Diduga Ilegal
- TikToker Intan Srinita Minta Maaf Usai Sebut Roy Suryo Pemilik Fufufafa, Netizen: Tetap Proses Hukum!
- Adu Pendidikan Zeda Salim dan Irish Bella, Siap Gantikan Irish Jadi Istri Ammar Zoni?
Pilihan
-
Kekerasan di Pos Hauling Paser, JATAM Desak Pencabutan Izin PT MCM
-
Jelajah Gizi 2024: Telusur Pangan Lokal Hingga Ikan Lemuru Banyuwangi Setara Salmon Cegah Anemia dan Stunting
-
Pembunuhan Tokoh Adat di Paser: LBH Samarinda Sebut Pelanggaran HAM Serius
-
Kenapa Erick Thohir Tunjuk Bos Lion Air jadi Dirut Garuda Indonesia?
-
Sah! BYD Kini Jadi Mobil Listrik Paling Laku di Indonesia, Kalahkan Wuling
Terkini
-
Legenda Nasi Tahu Ni Sarti Sukawati: Kuliner Vegetarian yang Selalu Diburu Wisatawan
-
Dari Pos Pengungsian Gunung Lewotobi, Warga Tetap Dukung Dan Semangati Timnas Indonesia
-
Serangan Fajar Pilkada 2024 Diprediksi Beralih dari Tunai Jadi Uang Digital
-
Raja-raja di Bali Minta Bandara Bali Utara Dibangun di Atas Laut
-
Cerita Warga Saat Kejadian Erupsi Gunung Lewotobi, Lari Dan Hanya Ada Pakaian di Badan