Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Senin, 18 Juli 2022 | 12:03 WIB
Pengunjuk rasa mengibarkan bendera Sri Lanka di atas gedung Kantor Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe di tengah berlanjutnya krisis ekonomi di Kota Kolombo, Sri Lanka, Rabu (13/7/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi/wsj.

SuaraBali.id - Ranil Wickremesinghe, Penjabat Presiden Sri Lanka telah mengumumkan keadaan darurat pada Minggu (17/7/2022) malam. Status keadaan darurat ini ditetapkan ketika pemerintahan Wickremesinghe berusaha memadamkan kerusuhan sosial dan mengatasi krisis ekonomi yang mencengkeram Sri Lanka.

"Adalah bijaksana, untuk menyatakan demikian (keadaan darurat), demi kepentingan keamanan umum, perlindungan ketertiban umum dan tersedianya pasokan dan layanan penting bagi kehidupan masyarakat," kata pernyataan itu seperti dikuti Antara.

Seperti diketahui bahwa Presiden Sri Lanka yang terguling, Gotabaya Rajapaksa, sebelumnya mengatakan dia mengambil "semua langkah yang mungkin" untuk mencegah krisis ekonomi yang melanda negara pulau itu.

Namun demikian ia malah kabur ke luar negeri pekan lalu untuk menghindari pemberontakan rakyat terhadap pemerintahnya.

Dia terbang ke Maladewa dan kemudian Singapura setelah ratusan ribu pengunjuk rasa anti-pemerintah turun ke jalan-jalan di Kolombo.

Pengunjuk rasa bahkan menduduki kediaman dan kantor resmi pemerintah dan menggunakan fasilitas di dalamnya secara brutal. Pengunduran diri Presiden Rajapaksa diterima parlemen pada Jumat.

Sri Lanka pun memulai proses pemilihan presiden baru, dan pada hari itu, pengiriman bahan bakar tiba untuk membantu meredakan krisis di negara itu.

Wickremesinghe, yang merupakan sekutu Rajapaksa, adalah salah satu kandidat utama presiden.

Namun, para pengunjuk rasa juga ingin agar Wickremesinghe angkat kaki dari pemerintahan Sri Lanka. Situasi itu bisa menyebabkan kerusuhan berlanjut jika dia terpilih sebagai presiden baru.

Load More