Eviera Paramita Sandi
Selasa, 26 April 2022 | 14:07 WIB
Ratusan pelajar melakukan proses simulasi evakuasi ketika bencana Tsunami melanda di Desa Serangan, Denpasar, Bali, pada Selasa (26/4/2022). [SuaraBali.id/Yosef Rian]

"Dengan kekuatan gempa sampai 9 magnitudo, gedung ini masih bisa, maupun bertahan dengan terpaan gelombang tsunami, bisa masih berdiri kokoh karena didesain sedemikian rupa," ucapnya.

Joni menjelaskan, time limit untuk menyelamatkan diri dari terjangan Tsunami setelah muncul bunyi sirine peringatan ialah maksimal 20 menit, untuk secepatnya mengamankan diri dengan evakuasi secara vertikal.

"Secepatnya sejak alarm berbunyi itu sudah ada potensi sudah terjadi gempa kemudian ada potensi tsunami paling tidak 20- 30 menit kemudian air sudah sampai di tempat ini. Oleh karena itu masyarakat seger harus mencari tempat tinggi evakusasi vertikal paling aman. Kalau horisontal menyongsong air yang datang," bebernya.

"Kalau di pesisir pantai misal Sanur, gedung Bali Beach bisa dijadikan tempat untuk mengamankan diri atau menyelamatkan diri karena gedung memiliki ketinggian di atas 15-20," sambung Joni.

Terkait pelibatan pelajar, dikatakan Joni, merupakan bagian dari program Siswa dan Guru Siaga Tsunami, Sekolah Aman Bencana serta progran BMKG Goes to School yang diharapkan para pelajar ini juga menyebarkan kepada lingkungan terdekatnya seperti orang tua, saudara.

Di luar momentum Hari Kesiapsiagaan Bencana, minimal satu bulan sekali, BPBD juga rutin memberikan pelatihan mengenai evakuasi mandiri bencana alam agar terpatri dalam diri pentingnya mengetahui dan memahami evakuasi yang tepat dengan time limit yang pas. (*)

Kontributor Bali : Yosef Rian

Load More